Sunday, 23 December 2018

Celah Pak Jonan


_*Sungguh luar biasa Pak Jonan*_

Indonesia sedang bergembira ria atas pelunasan divestasi 51,23% saham PT Freeport Indonesia. Indonesia sedang merayakan penguasaan lebih besar atas saham tambang emas terbesar di dunia itu. Walau pun – karena dinamika dan pilihan politik – banyak yang tidak ikut bergembira bersama warga negara yang waras. Ada kritik pedas dari Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rachel, dan lain-lain dari kubu Prabowo dan SBY. Tetapi tidak demikian dengan Dahlan Iskan, mantan Menteri ESDM era SBY.
Demikian petikan analisa dan pujian Dahlan Iskan terhadap pemerintah, Jonan, dan kementerian lainnya.

"Celah itulah.
Tidak ada yang bisa melihatnya. Selama ini. Tidak juga saya. Hanya orang seperti Jonan yang berhasil mengintipnya. Yang justru menteri ESDM yang tidak ahli tambang itu.
Lewat celah itulah negosiasi bisa mendapat jalannya. Didukung oleh kedipan-kedipan mata. Dari dua wanita kita: Menteri Keuangan Sri Mulyani. Lewat celah perpajakan. Dan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Lewat kerusakan alam.
Sudah sejak kapan pun. Kita ingin Freeport dikuasai bangsa. Tapi selalu tersandung batu: perjanjian yang tidak bisa dilanggar begitu saja.
Kalau pun selama ini salah: itu karena tidak ada yang bermata sejeli Jonan. Dalam melihat celah tersembunyi itu.
Mungkin saja pandangan mata itu seperti hati. Bisa memandang jauh. Kalau kondisinya bersih. Bersih mata. Bersih hati. Bersih kepentingan.
Dalam proses Freeport ini memang luar biasa. Menteri ESDM-nya, Jonan, bukan ahli tambang. Ia justru orang keuangan. (Dahlan Iskan, JPNN)

Dahlan memuji kejelian Jonan melihat celah untuk menguasai Freeport yang dia sendiri tidak mampu melihatnya. Ini adalah pengakuan yang jujur menurut pengamatan saya. Memang cukup mengherankan bahwa Jonan, yang latar belakangnya bukan pertambangan, justru mampu melihat celah itu.
Yang lebih menarik Dahlan mengungkapkan bahwa hanya mereka yang mata, hati, dan kepentingannya bersih mampu melihat celah itu dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. Ini mengindikasikan bahwa pada zamannya selain tidak sanggup melihat celah juga tidak bersih dari kepentingan. Sebab sudah sejak lama Indonesia ingin menguasai Freeport tetapi terpenjara perjanjian yang tak bisa dilanggar begitu saja.
Pengakuan Dahlan Iskan ini juga dengan tegas membantah tuduhan-tuduhan tak berdasar dari kelompok oposisi yang tetap menyalahkan pemerintah. Mereka malah menganggap penguasaan 51,23 % saham Freeport sebagai keputusan sontoloyo dan lain sebagainya tanpa mampu mengapresiasi sedikit pun.
Dahlan juga menyatakan bahwa selama ini Indonesia salah berhadapan dengan Freeport. Pejabat Indonesia tidak mampu mencari celah atau lebih tepat kalau dikatakan tidak mau bekerja lebih keras lagi. Mungkin karena mereka tidak bersungguh-sungguh. Ya itu tadi, tidak bersih dari kepentingan-kepentingan.
Perjanjian Indonesia dengan Freeport juga merugikan Indonesia. Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan Freeport selama ini. Bahkan perjanjian yang ditandatangani SBY hanya beberap waktu sebelum masa pemerintahannya berakhir ikut serta menyulitkan pemerintahan Jokowi berhadapan dengan Freeport. Tetapi ya sudahlah, mungkin begitulah dulu keadaannya.
Yang aneh sebenarnya, Dahlan tidak menyebut sekali pun nama Sudirman Said yang menjabat sebagai Menteri ESDM sebelum Jonan. Ini cukup unik. Dia menyebut mulai dari SBY sampai direktur Inalum, tetapi tidak menyebutkan peranan Sudirman Said. Apakah karena memang Sudirman tidak punya andil apa-apa atau karena lupa, hanya Dahlanlah yang tahu.
Tentu juga memang harus diakui bahwa bukan hanya Jonan, melainkan kekompakan jajaran Jokowi secara bahu-membahu mampu melanggengkan rencana divestasi 51,23% saham Freeport. PT Inalum juga memiliki peran sangat penting yang dibawahi kementerian BUMN dengan kordinasi dengan kementerian keuangan dan kementerian lingkungan hidup. Jadi ada empat kementerian ambil bagian dalam pencapaian ini yaitu, ESDM, Keuangan, BUMN, dan Lingkungan hidup tanpa menafikan dukungan dari berbagai lembaga dan termasuk rakyat Indonesia bagian bumi bulat.
Terakhir harus diakui bahwa kepemimpinan Jokowi memang telah mengubah mental para menterinya. Tanpa pemimpin yang punya leadership yang baik mustahil bawahan akan mengikuti instruksi secara baik. Hasilnya pun akan mengecewakan.
Oh iya, kenapa nama Prabowo tidak disebut? Karena Prabowo hanya orang yang bermimpi berkuasa tapi tidak punya anu…..

Monday, 17 December 2018

Freeport

Viralkan teman-teman 

SABTU, 3 Maret 1973. Sejarah mencatat Presiden Soeharto meresmikan tambang tembaga milik Freeport Sulphur, (sebuah perusahaan tambang terkemuka asal Amerika Serikat) sekaligus meresmikan berdirinya kota Tembagapura. Saat memberikan pidato sambutan, Soeharto begitu sumringah.

Bagi Soeharto, gelontoran uang yang diinvestasikan Freeport ke bumi Papua merupakan bentuk kepercayaan kepada Indonesia untuk membangun masa depan. Kepercayaan itu juga telah mendorong penanam-penanam modal asing lain untuk datang ke Indonesia. Selain itu, Soeharto juga menyatakan kepercayaannya bahwa kegiatan pertambangan akan membantu memajukan masyarakat lokal disitu.

Tapi taukah anda?
Semua Itu adalah Petaka bagi Rakyat Papua

Pegunungan Erstberg tak hanya menyimpan tembaga. Salah satu gunung bernama Grasberg juga mengandung cadangan emas yang melimpah. Grasberg disebut-sebut sebagai tambang emas terbesar di dunia. Lewat kontrak karya berdasarkan UU Penanaman Modal Asing (PMA) yang diizinkan pemerintah Soeharto, Freeport memiliki hak istimewa untuk merambahnya.

Kehadiran Freeport langsung mengancam penduduk asli dari suku Amungme yang berdiam di dataran tinggi sekitar proyek tambang. Suku Amungme sangat terikat dengan tanah leluhur. Bagi mereka, Gunung Grasberg dianggap suci. Puncak Grasberg dikiaskan sebagai kepala ibu. Orang Amungme sangat menghormati kawasan keramat itu.

Terjadi konflik, Amerika pun tak peduli. Bersama Soeharto, mereka membantai anak Indonesia di Papua, yang saat itu menentang mereka, Kebun dan rumah-rumah dihancurkan, sejumlah orang dibantai. Pemerintah mengumumkan jumlah orang yang meninggal di Tembagapura sebanyak 900 orang. Para saksi lapangan memperkirakan dua kali lipatnya

Berapa keuntungan Soeharto? Dan berapa keuntungan Amerika?

Selama 14 tahun pertama beroperasi Freeport meraup keuntungan sebesar 14,9 milyar dolar AS. Sedangkan penerimaan negara dari pajak dan royalti berjumlah 5,4 milyar dolar AS. Sejak 1980, Presiden Soeharto menerima upeti setiap tahunnya sebesar 5 sampai 7 juta dolar AS tiap tahun.

Freeport telah menyerahkan uang kepada Yayasan Dana Sejahtera yang didirikan oleh Soeharto sebesar 20,3 juta dolar AS berdasarkan Kepres No. 92/1996.

Pada 1996, sekira 2000 personel dari kesatuan Kopassus dan Kostrad dikerahkan langsung di bawah perintah Presiden Soeharto demi menjaga Freeport. Untuk itu, Freeport memberikan lagi dana kepada Soeharto sebesar 40 juta dolar AS. Freeport mau melakukan itu agar situasi di Papua stabil dan mereka dapat mengeduk emas lebih banyak lagi demi target mendapatkan superprofit.

Sebaliknya, bagi Soeharto, Freeport adalah pendulang uang yang harus diamankan dari apapun."Jika orang Papua mengganggu atau menuntut Freeport, aparat akan melakukan tindakan,"

Saya jadi paham, mengapa Jokowi ketika turun kepapua, orang papua-pun berkata, Kalau Presiden mau ke papua, itu anggap saja tuhan mau turun, hanya Jokowi yang berani ke papua. Sebelumnya saya tidak mengerti, mengapa demikian? Terjawab sudah sebabnya, karena catatan hitam Soeharto terhadap Papua begitu kelam, begitu juga dengan mantan militer lainnya yang semua punya sejarah yang sama! Menyedihkan sekali.

Alhamdulilah, kini negara kita, tanpa adanya pungli (pungutan liar) lagi yang dilakukan oleh Presiden Luar Biasa yang begitu jahatnya itu, rakyat papua berhak merdeka. Karena Indonesia kini benar-benar memerhatikan mereka.

Freeport untuk Indonesia

Satu lagi janji dan visi Presiden Jokowi terwujud, atas kerja keras Tim INALUM, didukung kerja sama yang kompak dari Kementerian ESDM, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan dan dorongan semua masyarakat Indonesia! 🇮🇩

Kita saksikan bersama finalisasi Divestasi Saham Freeport di mana akhirnya Pemerintah Indonesia, lewat INALUM akan memiliki saham mayoritas di PT Freeport Indonesia sejumlah 51% setelah selama ini kita hanya memiliki PTFI sebesar 9%.

Sejak Kontrak Karya I di tahun 1967, melewati berbagai kasus dan isu serta 6 presiden, baru sekarang di tahun ke 51 Freeport kembali ke pangkuan ibu pertiwi sehingga manfaat dari sumber daya alam mineral ini bisa benar2 menjadi berkah bagi masyarakat lokasi di Papua dan seluruh bangsa Indonesia.

Karena Jokowi yang benar-benar cinta terhadap rakyatnya, tanpa memikirkan pamrih ataupun timbal balik, dimana ia punya kesempatan saat ini untuk berbakti pada negara, ia lawan semua mafia-mafia brengsek itu, yang sekarang, karena Jokowi terlalu berani, mafia-mafia itupun makin kepanasan dengan ulah Jokowi, Rokan sudah diambil alih, kini Freeport sudah jelas milik anak negeri.

Nikmat mana lagi yang mau rakyat dustakan? Sebarkan artikel ini agar semua tau sejarah Indonesia.

Sunday, 9 December 2018

TKR Chungking, Para Pejuang Etnis Tionghoa yang terlupakan di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

Mengenang dan Hormat atas jasa para Pahlawan Bangsa :

TKR Chungking, Para Pejuang Etnis Tionghoa yang terlupakan di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

Diskriminasi terhadap orang-orang Tionghoa di Indonesia bukanlah hal baru. 
Mulai dari zaman Belanda dulu sampai pemerintahan Soeharto, etnis Tionghoa di sini mengalami banyak perlakuan tidak menyenangkan. 
Bahkan di masa Belanda dulu, mereka pernah diperlakukan seperti binatang yang dibantai sedemikian rupa hanya gara-gara menguasai ekonomi pasar. 
Yang miris lagi, kesan buruk tentang etnis Tionghoa sedikit banyak juga rupanya masih bertahan sampai hari ini.
Tentu sikap buruk terhadap orang-orang Tionghoa ini tidak bisa dibenarkan. 
Apalagi kalau kita melihat fakta sejarah di mana ternyata etnis Tionghoa pernah berdarah-darah demi Indonesia. 
Salah satu buktinya adalah peristiwa 10 November 1945, di mana etnis Tionghoa juga ikut menyerang sekutu lewat pasukan mereka yang bernama TKR Chungking.
Tanpa banyak yang tahu, pasukan ini ternyata begitu besar perannya di pertempuran dahsyat tersebut. Seumpama mereka tidak ada ketika itu, mungkin saja Indonesia takkan bisa memberikan perlawanan yang begitu menohok kepada musuh. 
Lebih dalam soal TKR Chungking, berikut adalah fakta-fakta tentang pasukan etnis Tionghoa tersebut.
Marah Saat Indonesia Diganggu, Masyarakat Tionghoa Bentuk TKR-Chungking
Kemerdekaan di bulan Agustus 1945 ternyata tidak hanya menjadi sesuatu yang sangat di nanti orang pribumi, tapi juga masyarakat Tionghoa. Alasannya tak lain karena mereka juga mengalami hal-hal buruk selama masa penjajahan. Alhasil, kemerdekaan pun jadi hal yang ditunggu.
Lantaran kemerdekaan ini begitu susah didapat, maka tentu saja masyarakat Tionghoa tidak rela kalau Indonesia kembali terjajah. Kemudian atas dasar inisiatif dan rasa cinta tanah air, mereka membentuk pasukan bernama Chungking. 
Pasukan ini tercatat sangat aktif melawan Sekutu dan Belanda di pertempuran Surabaya.
Kemampuan Hebat TKR Chungking
TKR Chungking terkesan dibentuk dadakan, tapi TKR Chungking sama sekali bukan pasukan ecek-ecek. 
Mereka ini punya kemampuan hebat yang sering kali bikin Sekutu dan NICA kocar-kacir. Hal tersebut tertuang dalam sebuah buku berjudul Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia yang ditulis oleh Iwan Sentosa.
Tidak hanya punya kemampuan militer yang cukup mumpuni, TKR Chungking juga didukung oleh persenjataan bagus. 
Misalnya senapan Karaben 98-K, serta amor helm bernama Fritz yang diketahui berasal dari Jerman. Tidak hanya kemampuan dan persenjataan, di atas itu, ada kekuatan lain yang bikin TKR Chungking trengginas. 
Hal tersebut tak lain adalah semangat rela mati demi Indonesia yang juga tumpah darah mereka.
Tergabung dalam Medis dan Laskar Berani Mati
Tidak hanya tergabung di front-front depan, TKR Chungking juga tersebar di bagian penting lainnya seperti medis. 
Diketahui ketika itu merekalah yang menginisiasi berdirinya beberapa pos-pos pengobatan saat perang 10 November. Sayangnya, beberapa dihancurkan oleh sekutu, beserta para penghuninya.
Selain medis, tercatat juga TKR Chungking tergabung bersama para pejuang dalam laskar berani mati. Ketika itu tugas mereka adalah menyerbu benteng Sekutu yang diperkuat oleh Gurkha. Sedikit informasi, pasukan Gurkha di masa itu sangat ditakuti dunia, tapi orang-orang TKR Chungking seolah tidak peduli dan dan tanpa ragu menerjangnya.

Memerangi Kaum Sendiri Demi Indonesia

Memang ketika terjadi pergolakan 10 November itu, tidak semua orang Tionghoa ikut berjuang. Beberapa malah menjadi mata-mata Belanda. Uniknya, ketika ini terjadi, TKR Chungking turun sendiri untuk menyelesaikannya. Mereka ketika itu mengadakan semacam pembersihan terhadap kaumnya yang membelot membela Belanda dan anteknya.
TKR Chungking yang ketika itu dipimpin oleh Tse An Hui, boleh dibilang berhasil membersihkan kaum Tionghoa dari para pengkhianat-pengkhianat. 
Hal ini jadi bukti lain jika TKR Chungking lebih mencintai kedaulatan Indonesia daripada sukunya sendiri. Sayangnya, cerita ini tidak banyak di ketahui orang.
Seribu Tionghoa Tewas dalam Perang 10 November 1945
Tragedi 10 November ini bisa dibilang sebagai salah satu perang terbesar pasca kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyak korban yang jatuh di pihak kita. Perkiraannya, sekitar 6 ribu – 16 ribu tentara kita tewas, termasuk juga anggota TKR Chungking.
Untuk TKR Chungking sendiri, diperkirakan sebanyak 1000 anggotanya meninggal dalam peristiwa penting ini. 
Tidak terbatas Chungking saja, banyak juga penduduk Etnis Tionghoa biasa yang tewas dalam pertempuran tersebut. 
Ini adalah pengorbanan besar dari mereka yang harus diketahui oleh semua orang Indonesia sebagai bukti kecintaan terhadap bangsa ini.
Adalah hal yang lucu sekali kalau ada yang bilang etnis Tionghoa tidak nasionalis. 
Padahal, mereka juga pernah berjuang demi Indonesia, termasuk memerangi kaumnya sendiri demi bangsa ini. 
Cerita ini layak untuk diangkat sebagai bukti jika orang-orang Tionghoa Indonesia pun berdarah merah putih.


Selamat Hari Pahlawan
Jangan lelah, jangan berhenti mencintai Indonesia. 🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Saturday, 20 October 2018

Skak Mat Menteri Susi untuk Sandi

*BACK FIRE Melulu*

_*Lama lama KO Sendiri*_
=================
*SKAT MAT SUSI UNTUK SANDI*

Mixil Mina Munir

*Bulan Oktober belum habis, namun pasangan Prabowo-sandi mengeluarkan pernyataan yang sama-sama merugikan dirinya. Peluru sudah ditembakkan, tapi justru mengarah ke dada mereka sendiri. Duh gusti...*

Setelah aduan Ratna terkait penganiayaan dirinya, Prabowo tanpa konfirmasi ke siapapun langsung mengumpulkan tim sukses, mereka segera merapat ke Kertanegara untuk melakukan konferensi pers. 

Dunia maya dipenuhi hujatan dan umpatan pendukungnya terhadap Jokowi dan tim sebagai pelakunya. Issue digoreng sampai hangus, Opini digiring dan diarahkan kepada pemerintah, *Dokter Hanum Rais sesenggukan memainkan peran sedihnya, Fadli Zon dengan muka geram terus membela.*

Malam itu juga polisi bertindak cepat, fajar belum muncul namun polisi telah merelease hasilnya. *Pagi itu juga Indonesia gempar, ternyata Ratna berbohong, membohongi Prabowo dan pendukungnya.* Segera saja, Prabowo dan pendukungnya meminta maaf, dan memecat Ratna Sarumpaet dari tim pemenangannya.

Pelajaran dari kasus ratna, seharusnya Prabowo harus konfirmasi fakta, mengumpulkan data terlebih dahulu, cek and ricek, minta pertimbangan orang yang ahli dibidangnya. 

Seminggu setelah kejadian itu, Sandiaga Uno, cawapresnya Prabowo membuat pernyataan yang sama. *Asal menyerang pemerintah mungkin sudah menjadi motto mereka dan timnya.*

Di Indramayu pada 10 Oktober 2018 *Sandiaga Uno kampanye di kampung nelayan. Tanpa cek dan ricek, tanpa baca undang-undang, tanpa pertimbangan ahli perikanan, tanpa melihat kenyataan di lapangan, Sandi melempar janji bahwa dia akan mempermudah perijinan kapal penangkap ikan.*

*Sontak saja, akibat grasa-grusunya Sandi, Susi geram, menteri KKP langsung minta Sandi agar tidak malas baca undang-undang. Menteri Susi menerangkan, sejak 7 November 2014, kementeriannya sudah membebaskan seluruh nelayan dengan kapal di bawah 10 GT untuk menangkap ikan. Kapal yang wajib berizin adalah mereka yang berkapasitas di atas 10 GT. Adapun untuk di atas 30 GT mengurus izin ke pusat.*

"Jadi, jangan asal ngomong dulu. Belajar dan baca dulu Undang-Undang Perikanan, baru komentar. *Saya tidak suka sektor riil seperti ini dibawa ke ranah politik. Saya marah dan ini sudah diingatkan. Mestinya politikus itu kalau mau buat komentar harus banyak riset dulu," kata Susi.*

Pelajaran dari Ratna dan Susi untuk Prabowo-Sandi: *Kalau dapat informasi segera konfirmasi, kumpulkan data dan fakta, cek and ricek, minta pertimbangan tim ahli, belajar yang rajin dan jangan malas baca.*

catatan: *tulisan ini dibuat untuk mencegah merebaknya hoax*
#IndonesiaMaju

Thursday, 27 September 2018

JOHN LIE

LIE 
Namanya John Lie, Lengkapnya: John Lie Tjeng Tjoan, anak kedua dari delapan bersaudara, pasangan Lie Kae Tae dan Oei Tseng Nie. 
Ayah John adalah pengusaha pengangkutan berbagai barang dagangan yang terkenal di Manado, Sulawesi Utara, semasa negara ini belum merdeka.

Sebagai anak laki-laki, John tak tertarik pada bisnis transportasi. Ia lebih senang pada kapal, pelayaran dan laut yang penuh tantangan. Tak heran, bila bocah kelahiran Manado, 11 Maret 1911, ini senang betul tatkala iring-iringan kapal perang gugus tugas AL Belanda sandar di pelabuhan Manado untuk istirahat. Lie ingin melihat lebih dekat kapal-kapal hebat ini.

Darahnya menggelora. Padahal ia baru 10 tahun. Terkagum-kagum ia melihat turet meriam, anjungan kapal yang gagah dan seragam AL yang putih mengkilat. 

Usia 17 hasratnya untuk mengenal laut tak bisa lagi terbendung. Dengan uang tabungan,  John nekad kabur menuju Jakarta. Tak memiliki sanak saudara, di Tanjung Priok ia luntang-lantung. Demi menyambung hidup ia bekerja sebagai kuli angkut barang, sambil ikut kursus pelatihan soal navigasi kapal.

Lie sempat jadi pesuruh di sebuah kapal jasa paket milik Belanda, sebelum akhirnya masuk sebagai pelaut di Kapal Motor Tosari yang melayani pelayaran ke luar negeri. 
Perang Dunia Kedua pecah dan KM. Tosari dijadikan kapal perbekalan bagi tentara sekutu. Di kapal inilah Lie diajari dasar-dasar militer, agar bisa membela diri. Termasuk teknik-teknik menghindar dari pengejaran, yang kelak sangat berguna bagi tugasnya.

Sesampainya di tanah air, Mei 1946, Lie langsung mengabdikan diri pada Angkatan Laut Republik Indonesia, yang waktu itu masih bernama BKR LAUT (Badan Keamanan Rakyat) dan bertemu dengan pimpinannya, Laksamana Mas Pardi di markas besarnya di Jogjakarta.

Sebentar. Markas Angkatan Laut di Jogjakarta? Jauh dari pantai? 
Begitulah faktanya, AL kita pernah bermarkas di kota yang jauh dari laut! Tal ada pelabuhan di Jogjakarta. Sebagian besar kapal-kapal kita sudah dihancurkan Belanda! Masa-masa yang sungguh kelam dan membuat pilu hati. Markas AL pun mengungsi!

Mas Pardi, langsung terkesan dengan pengalaman Lie dalam dunia pelayaran hingga manca negara.
"Kita kurang personil. Kamu mau pangkat apa? Mayor?" tanya Bapak Angkatan Laut Republik Indonesia itu.
Lie langsung menjawab: "Saya kemari tidak mencari pangkat. Saya hanya ingin mengabdi"
Akhirnya, Lie mendapat pangkat kelasi III dan di tempatkan di Cilacap, sebuah kota pelabuhan di Jawa Tengah bagian selatan.

Lalu, tantangan baru pun muncul. Sebuah kapal dagang besar berbendera Singapura penuh muatan karet sebanyak 800 ton milik negara, hendak diselundupkan ke Singapura dan hendak dijual di sana.
Kapten kapalnya takut. Ia tahu, di tengah jalan pasti akan dicegat kapal perang Balanda. Dengan kapal penuh muatan begitu, lajunya jadi lambat, sulit untuk lari menghindar.
Lie mengambil tantangan itu, menggantikan sang kapten. Dan mulai berlayar keluar Cilacap. Memasuki selat  Sunda, semua lampu penerang (navigasi) ia matikan dan melaju lurus menuju Kota Singa. Lie sukses mengantarkan muatan!

Dari sanalah peran 'penyelundup bagi Negara' bermula. Ia biasa membawa barang dagangan milik saudagar besar dari Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan selalu sukses dijual ke Singapura, Malaysia atau Thailand. Para pedagang ini pun tak sungkan menyisihkan sebagian keuntungan bagi Republik yang masih belia.

1947 ketika negara berhasil membeli 10 kapal cepat, Lie pun mendapat salah satu diantaranya. Ia memberi nama kapalnya "Outlaw" bisa diartikan sebagai: berandalan, bengal, badung atau tak tahu aturan.
Dan dari perjuangan Lie kemudian kita tahu: semua sepak terjangnya tidak ada dalam aturan baku!

Tugasnya mentereng: menyelundupkan barang dagangan ke negara asing, menjualnya, dan uangnya lalu dipakai buat membeli aneka macam senjata: pistol, senapan mesin, amunisi, peluru, granat hingga mortir. 
Lie 'belanja'  di pasar gelap, lalu menyelundupkannya masuk ke negara ini setelah lebih dahulu selalu berhasil mengelabuhi cegatan AL Belanda, Inggris dan Amerika.
Senjata-senjata inilah yang kemudian disalurkan ke berbagai daerah perjuangan di seluruh Indonesia guna melawan Belanda! 

Tak heran bila senjata milik pejuang kita -dahulu- bisa beraneka macam bak permen nano-nano. Sebagian hasil merebut dari musuh dan sebagian besar adalah hasil selundupan. Ada Sten buatan Inggris, Luger pistol Jerman, Browning Amerika, senapan mesin Sovyet. Pendeknya ada uang, ada barang!

Lie bukan penyelundup biasa. Ia 'sakti'. "Berandal " ini diberi kebebasan luar biasa untuk bergerak. Jangan kaget ia dibekali surat tugas -menyelundup-langsung dari Kolonel Abdul Haris (AH) Nasution, selaku wakil Panglima TKR (Tentara Kemanan Rakyat) atau orang kedua setelah Panglima Besar Soedirman!
Selain itu pelaut ini juga mengantongi 'surat 'pengantar' dari semua tetua/ tokoh suku di Sumatera Utara dan Aceh agar ia tidak diganggu!

Lie disukai semua kalangan. Bagaimana tidak? Saudagar menyayangi dia, sebab dagangannya laku dengan baik di luar negeri. Penerima barang di Singapura dan Malaysia juga suka, karena Lie selalu membawa barang terbaik. 
Pedagang senjata, apalagi. Matanya yang sipit, karena ia memang keturunan cina, memudahkan Lie masuk ke berbagai kalangan dunia hitam penjual senjata. 
Ia yang juga seorang Nasrani yang taat, yang juga diterima di kalangan saudagar berkulit putih. Sempurna sekali.

Buat TNI? Besar jasanya. Sebagian besar senjata untuk perjuangan, yang dimiliki TNI,  salah satunya berkat pengabdian dan perjuangan Lie dalam menyelundupkan senjata.

Lie terkenal. Ia diburu oleh AL Belanda, AL Inggris dan Amerika, tapi Outlaw selalu bergerak  dengan senyap. Menghilang ditelan gelapnya malam. Ia hapal semua dangkal dalamnya perairan. Kapan pasang dan surutnya laut. Pintu masuk jalan tikus semua pelabuhan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Singapura, Malaysia bahkan hingga ke Thailand! Berlayar dalam gelap, tanpa lampu penerang (navigasi), sudah biasa baginya.

Orang-orang di Selat Malaka sampai menjulukinya sebagai 'Hantu Malaka' dan wartawan BBC yang pernah ikut memburunya menyebut kapal Outlaw dan kaptennya, John Lie, sebagai "the black speed boat". 
Di Phuket, Thailand, Roy Rowan wartawan majalah Life terbitan Amerika, membuntuti sepak terjangnya dan memuat dalam tulisan dan foto menawan sepanjang 4 halaman penuh. Roy kagum pada dedikasi Lie, yang membawa begitu banyak uang kontan tetapi tetap terpakai sebagaimana mestinya, belanja senjata!

Perjuangan tak selamanya lancar.
Ketika Lie hendak keluar dari Labuan Bilik, sebuah pelabuhan di Malaysia, tiba-tiba sebuah pesawat Belanda terbang rendah, melintas tepat di samping kapal seperti hendak memeriksa, lalu di ujung sana tiba-tiba pesawat mendaki dengan cepat. Pilotnya seperti disadarkan, bawah kapal cepat di bawah sana adalah kapal penyelundup yang selama ini dicari. Ia harus segera bertindak.

Persawat mendadak berbalik dan menukik tajam. Ia siap menyerang! Lie sudah pasrah, tutup mata dan berdoa. Ia terpergok siang hari, di laut terbuka, tak ada pelindung apapun. Pesawat menukik cepat. Tepat disaat picu senjata hendak ditekan penembak, sang pilot iba-tiba membanting kemudi ke kanan lalu pergi.
Belakangan diketahui, bahan bakar pesawat sangat menipis, diperkirakan tak bisa terbang hingga pangkalan bila ia harus menembaki kapal. Outlaw selamat.

Di Selat Malaka ia hampir mati, ketika kapal cepat Belanda mencegatnya dan  langsung memberondong dengan peluru Bofors sebesar senter. Lie segera melaju cepat , tetapi peluru terus mengejarnya. 
Rasanya, keberuntungannya akan habis disini. Otlaw berlari zig-zag dan senapan mesin kapal dibelakang terus menyalak. Tak ada pilihan lain, ia memerintahkan anak buahnya berdoa. Kapal kalah cepat karena penuh senjata dan mesiu. Rasanya, tinggal menunggu ajal. Satu peluru saja masuk lambung kapal, tamat.
Tiba-tiba, entah mengapa, hujan turun dengan deras, laut pun mendadak bergelombang tinggi dan kabut turun. Ini kesempatan baik. Lie berbelok tajam dan segera menghilang!

30 September 1949, Lie mendapat tugas baru, mengisi sebagai perwira di Pos Hubungan Luar Negeri di Bangkok. Ia tugas di darat. Ironisnya kapal Outlaw yang pindah tangan ke Kapten Kusno tertangkap Belanda tepat di hari pertamanya berlayar!
Kisah heroik Outlaw pun berakhir.

Ketika perang dengan Belanda usai, dan banyak pemberontakan terjadi di berbagai daerah, John Lie kembali bertugas di laut. Ia membawa kapal pengangkut milik TNI-AL dan melayani mengangkutan logistik dan pasukan yang bertugas memadamkan pemberontakan RMS yang bermarkas di kota Ambon, Maluku.

Desember 1966 John Lie mengakhiri karirnya di Angkatan Laut dengan pangkat terakhir Laksamana Muda (bintang dua - setara Mayor Jendral pada Angkatan Darat). 
Jendral Besar AH. Nasution memberi kesaksian, "jasa John Lie tiada tara besarnya bagi AL, karena ia adalah Panglima Armada AL di saat negara sedang dalam keadaan genting menghadapi pemberontakan di berbagai daerah, seperti pemberontakan RMS di Maluku, PRRI/ Permesta di Sumatera Barat, Makassar dan Sulawesi Utara"

Lie terpaksa mengganti namanya menjadi Jahja Daniel Dharma karena rezim orde baru yang tidak menyukai nama-nama berbau asing. 
Totalitasnya dalam mengabdi membuat ia terlambat untuk menikah. Ia menyunting Pdt. Margaretha Dharma Angkuw, diusianya yang ke 45 tahun!

Pasangan Lie dan Margaretha mengisi hari-harinya dengan mengurus dan menyantuni ratusan anak yatim piatu, orang-orang terlantar di jalanan, pemulung, tukang becak dan kaum papa lainnya. Harta dan uang pensiuannya habis untuk membantu mereka. Rumahnya selalu penuh oleh mereka yang minta tolong.

Pasangan ini tidak dikaruniai keturunan hingga Lie wafat pada tanggal 27 Agustus 1988 karena stroke dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. 
Pada 10 November 1995, Lie memperoleh Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto, dan Presiden SBY memberinya gelar: Pahlawan Nasional Pada 9 November 2009.
Nama Lie juga diabadikan menjadi nama kapal perang, KRI (Kapal Republik Indonesia)  John Lie, dengan nomor lambung 358, sebuah kapal perang jenis Korvet, kapal cepat, jenis yang cocok dengan karakter Lie saat dahulu membawa Outlaw!

Saat Lie wafat, rumahnya dipenuhi banyak tentara yang menjaga dengan penuh hormat dan Presiden Soeharto sendiri pun datang melawat, barulah ratusan pemulung, yatim piatu, tukang becak, gelandangan dan kaum papa lainnya tersadar: bahwa orang yang selama bertahun-tahun merawat mereka dengan harta benda milik pribadi, tanpa gembar-gembor, ternyata bukan orang sembarangan, ia seorang Pahlawan Negara!
Isak tangis warga tersisih tak tertahankan, ketika iring-iringan mobil Jenazah berangkat menuju makam, tempat Lie istirahat untuk terakhir kalinya.

Hari ini, 27 Agustus 2018, tepat di hari kepergianmu, Lie, saya pun mengenangmu, agar perjuanganmu tak sia-sia. Orang yang hebat. Yang rela berkorban apa saja demi tegaknya NKRI. 
Ketika kita -saudara sebangsa- berselisih karena SARA, saya sedih, ingat Lie.

Dari berbagai sumber,
(Gunawan Wibisono)
#pahlawannasional
#johnlie
#sejarahnasional
#kisahpahlawanku

Gereja Sidang Jemaat Allah Jambi DISEGEL

MOHN DUKUNG DOA

GSJA Jemaat Simp Rimbo Jambi telah disegel oleh Pemkot Jambi.
Jemaat ini berdiri sejak 15 th yl beranggota lk 80 jiwa dan ada izin lingkungan serta diketahui Kesbangpol.
Mhn dukungan Doa kita semua agar upaya yg sdng dikskukan berbagai pihak membuahkan hasil.
Dalam NKRI yg berdasarkn Pancasila dan UUD NRI 1945 seharusnya aktivitas ibadah setiap penduduk tidak dilarang tetapi dijamin oleh Penerintah.
Mari kita berdoa agr Tuhan,Raja dan Kepala Gereja menguatkan sdr2 di GSJA Jambi dan mereka akan dapat kembali beribadah dengan baik.
GSJA adalah Gereja Anggota PGI ke-82, pusat Sinode di Jakarta.
.
Weinata Sairin.

Sunday, 23 September 2018

SEMUA AKHIRNYA KEMBALI KE JALAN YANG BENAR DAN LURUS

SEMUA AKHIRNYA KEMBALI
KE JALAN YANG BENAR DAN LURUS

3 daerah berlabel BARAT di Indonesia yaitu Jawa Barat, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Barat pada Pilpres 2014 Jokowi kalah. Di Sumatera Barat Jokowi hanya meraup suara 23,08%. Di Jawa Barat suara untuk Jokowi hanya meraih suara 40,22 % dan di NTB suara untuk Jokowi hanya 27,55 %.

Apakah kemudian Jokowi sakit hati ? TIDAK !!!
Jokowi tidak pernah membeda-bedakan prioritas pembangunan untuk ke provinsi "Barat" tersebut. Sama dengan daerah lain Jokowi dengan kerendahan hati dan kelembutan tetap rajin menyapa warga yang tidak memilihnya. Karena bagi beliau, semua masyarakat Indonesia harus diperhatikan, tanpa terkecuali.

Hasilnya ? Saat ini mayoritas Kepala Daerah Wilayah berlabel "Barat" ramai-ramai mendukung pencalonan Jokowi untuk periode kedua. Karena nurani mereka tersentuh dengan ketulusan. Karena akal sehat mereka dihadapkan pada realita, bahwa di jaman pemerintahan Jokowi-lah pembangunan semesta Indonesia berjalan dengan paripurna.

Jokowi telah mengajarkan kepada kita arti kerja dengan hati dengan dasar pengabdian yang ikhlas dan tulus. Dan pada saatnya semuanya akan berbuah manis demi Indonesia yang lebih baik. 

Jokowi telah mengajarkan kita bersikap apa adanya. Tidak perlu harus tiba-tiba MENDADAK ISLAM atau MENDADAK JADI ULAMA JADI-JADIAN. 

Jokowi bekerja dengan hati.

#Jokowilagi

Monday, 10 September 2018

DPR Pagar Makan Tanaman


*DPR Pagar Makan Tanaman*

Ber kali2 saya utarakan Anggaran Biaya Rutin terlalu mewah. Tahun 2007 sekitar 72%. Tiongkok 28% sudah mewah. USA 34% Super mewah.
*Ayo petisi turunkan sampai layak dengan duluan Pangkas habis Anggaran Anggota DPR/D biar kelihatan siapa Anggota DPR/D yang berbhakti bagi Nusa Bangsa* 
=================
Sangat Mengejutkan Peryataan Srimulayani Sore Ini : *Anggaran DPR Harus Di Pangkas , Karena Untuk Mengurangi Utang Indonesia Yang Mencapai Rp,3.706.52Triliun Karena Anggaran Anggaran Yang Ngak Ada Hasil, Dengan Pemangkasan Anggaran DPR . Maka Indonesia Tidak Akan Utang Lagi Rakyat Akan Makmur Dan Sejahterah.!!!*

Banyak yang nyinyir dengan utang Indonesia yang mencapai Rp3.706,52 triliun. Media-media memberitakan bahwa utang Indonesia kian membengkak di bawah pemerintahan Jokowi. Ada juga yang bilang di masa pemerintahan Jokowi utang Indonesia adalah yang paling besar. Para ahli ekonomi (mau pun yang bukan) mengusulkan agar Indonesia membiayai anggaran dengan kekuatan sendiri tanpa mengandalkan utang luar negeri. Apakah bisa?

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa saja Indonesia tidak berutang, tapi dengan satu syarat harus ada pemangkasan anggaran. Sri Mulyani juga mencontohkn bahwa penerimaan negara tahun 2017 sebesar Rp1.736 triliun, dan belanja negara sebesar Rp2.133,2 triliun. Maka diperkiraan ada defisit anggaran tahun 2017 sebesar Rp397,2 triliun atau 2,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Karena ada defisit anggaran sebesar Rp397,2 triliun maka Indonesia perlu mendapat pinjaman dari pihak luar, bisa dengan cara bilateral, dari Bank Dunia atau pun Indonesia menjual Surat Utang Negara (SUN). Kalau tidak mendapat pinjaman dari luar, maka Indonesia tidak akan dapat menutupi defisit anggaran yang ada.

Menteri Keuangan Sri Mulyani pun memberikan tantangan, jika defisit anggaran yang ada tidak ditutup dengan utang maka salah satu caranya adalah dengan memotong anggaran belanja negara. Jadi Kementerian Keuangan harus memotong sekitar Rp397,2 triliun.

"Kira-kira kalau (anggaran yang dipangkas) hampir Rp 400 triliun, (anggaran) apa dulu yang kami potong? Saya minta, kita buat polling," kata Sri Mulyani, di Forum Merdeka Barat 9, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2017), yang mana dikutip dari kompas.com.

Ya, pertanyaan pertama adalah anggaran mana yang harus dipangkas? Menurut Sri Mulyani gaji tidak bisa dipotong terutama gaji TNI/Polri, gaji guru juga tidak boleh dipotong. Anggaran pendidikan atau kesehatan juga tak mungkin untuk dipotong, lalu anggaran mana yang harus dipangkas?
"Gaji kan enggak mungkin saya potong. Kalau gaji, bayar listrik, gaji TNI/Polri, gaji guru enggak boleh saya potong, apa anggaran pendidikan atau kesehatan boleh saya potong?" kata perempuan yang akrab disapa Ani tersebut.

Bukan itu saja, Kementerian Keuangan juga tidak mungkin memangkas bantuan sosial dan pembangunan infrastruktur. Kalau dipangkas maka proyek-proyek seperti Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) akan mangkrak. Tentu hal-hal penting ini tidak mungkin akan dipangkas oleh Kementerian Keuangan. Kalau sampai terjadi, apa bedanya dengan era SBY yang infrastrukturnya banyak yang mangkrak? Padahal saat itu SBY juga banyak berutang, bahkan ketika dilantik saja Presiden Jokowi sudah mendapat warisan utang sebesar Rp2.700 triliun.

Karena Kementerian Keuangan tidak mungkin memangkas anggaran belanja yang berkenaan dengan gaji TNI/Polri, gaji guru, anggaran pendidikan, anggaran kesehatan, anggaran infrastruktur maka anggaran manakah yang bisa dipangkas jika Indonesia tidak menutupi defisit anggarannya dari utang?

Saya sih mengusulkan agar seluruh anggaran belanja DPR distop saja. Toh selama ini tidak ada hasil yang positif dari kinerja DPR-RI. Pembahasan-pembahasan Undang-undang pun terkesan molor. Bahkan Rancangan Undang-undang tentang terorisme pun sampai sekarang belum juga disahkan oleh DPR. Padahal Undang-undang tersebut sangat urgen karena ancaman terorisme sudah sangat mengkhawatirkan. Tapi, DPR masih terkesan santai-santai saja.

Malahan sekarang DPR sedang menggebu-gebu untuk memperlemah KPK. Hak Angket KPK digulirkan karena ada anggota DPR yang dijadikan tersangka oleh KPK. Bahkan Ketua DPR sendiri pun sudah ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek pengadaan e-KTP. Tak tanggung-tanggung untuk mengadakan Hak Angket kepada KPK saja DPR menganggarkan dana sebesar Rp3,1 milyar rupiah. Padahal Hak Angket tersebut hanya ingin menunjukkan bahwa DPR masih sebuah lembaga yang punya power di Indonesia. Apa iya? Malahan oleh rakyat Indonesia DPR sudah tidak mempunyai legitimasi lagi. Dan rakyat Indonesia tidak merasa diwakili oleh mereka.

Makanya jika Indonesia tidak lagi boleh berutang untuk menutupi defisit anggaran belanjanya, dan harus memangkas anggaran belanjanya maka yang pertama-tama yang harus dipangkas adalah anggaran belanja DPR. Kalau bisa semuanya, karena tidak ada yang positif yang dihasilkan oleh DPR selama ini.

Apakah pembaca setia Seword setuju?

Saya kira begitu saja…
Sumber

.

Wednesday, 5 September 2018

Bitcoin Price Intraday Analysis: BTC/USD Breaks Rising Wedge Support

Bitcoin Price Intraday Analysis: BTC/USD Breaks Rising Wedge Support

Bitcoin price
Advertisement

Against every bullish expectation, bitcoin price finally lost its latest upside today to growing bearish pressure.

The BTC/USD on Wednesday plunged as much as 7 percent. The pair seemed to have overstayed its welcome near the resistance of our Rising Wedge channel. There was absolutely no buying sentiment visible around the area in the past three days. The early Asian session saw to it and started crashing the value. By mid-Asian and early-European session, BTC/USD had crashed from its intraday high near 7400-fiat to a new intraday low towards 6902-fiat.

As we now enter the US time, the pair is hinting no reversal and could go testing more downsides as the session matures.

BTC/USD Technical Analysis

BTC/USD has invalidated our rising wedge support already to the downside. Traditionally, this could mean an extended volatile drop of at least $500. Fundamentally, there could be more thanks to a rumor that predicts a $1bn worth of Bitcoin dump by one Bitcoin whale. Sentiments, after all, prevails technicals as far as trading is concerned.

Nevertheless, for the sake of what our heading suggests, we'll stick to the technical overview of Bitcoin market. That said, the BTC/USD pair is indeed heading inside a strong bearish zone. The pair is close to testing its 100H MA for a potential pullback which could resume our bullish hopes and reject the prevailing downtrend as yet another bull pennant formation. However, if the 100H MA is broken, there would be a risk to an extended downside momentum.

The RSI and Stochastic Oscillator indicators both have slipped into their respective oversold regions and might continue to the prevailing directions, awaiting a minor/major bounce back.

BTC/USD Intraday Analysis

From the intraday perspective, we are definitely inside a new range defined by a new interim support at 6832-fiat and interim resistance at 7130-fiat. We'll be first waiting for BTC/USD to test 6832-fiat and 100H MA for a potential bounce back. Should it happen, we'll leave no opportunity to enter a long position towards 7130-fiat, as the part of our intrarange strategy. An extended break above the resistance will have us put another long towards 7264-fiat, our intermediary upside target with an open view towards 7429-fiat. At the same time, we will keep our stops four-pips below the entry point on every long position.

In case we break below the 6832-support, we will enter a short position towards 6750-fat while keeping our stop loss four-pips above the entry point.

Featured image from Shutterstock. Charts from TradingView.

Please join us at
and start earning money automatically by trading Bitcoin
on Binance Platform.

Trade BITCOIN , - a promising Cryptocurrency
REGISTER Here for FREE 

Click and Start Earn JSECoin 

Follow the News Updates on Business and Cryptos

Our Hotline : Phone and Whatsapp : +62818692956 
Phone ONLY +6281282972731  



Tuesday, 4 September 2018

*Presiden Cuma Tidur 3 Jam Untuk Negara Indonesia, agar Rupiah Terus Menguat!*

*Presiden Cuma Tidur 3 Jam Untuk Negara Indonesia, agar Rupiah Terus Menguat!*

*Dunia saat ini sedang kacau*, kebijakan normalisasi moneter & kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve, serta *perang dagang* dengan negara Tiongkok, telah *berimbas negatif pada banyak negara*, termasuk emerging economies.

Beberapa *negara yg memiliki fondasi ekonomi yang rentan*, ditambah dengan *kebijakan ekonomi mereka yang dianggap tidak konsisten dengan fundamental ekonominya,* telah mengalami krisis seperti Venezuela, Argentina, Malaysia, Iran, serta Turki

Saya minta kepada semua pihak, warga negara Indonesia khususnya, saat ini kita memang sedang sebentar lagi memasuki masa Pilpres, tapi bukan berarti, *momen yang berskala global* ini dijadikan *alasan untuk mengerogoti Pemerintah*, padahal *kerjanya sudah sangat bagus*.
Stop fitnahmu wahai gerombolan oposisi. Jangan beri *racun tekanan dari dalam negeri*, yg membuat kita *menghabiskan energi-energi tidak penting, padahal tidak genting.*

Pak Jokowi Harus Tak Tidur untuk Kejar Ketertinggalan RI
Paling lama 3 jam, kemudian setelahnya kerja & kerja. Kalau kalian bilang negara ini sedang terancam, iya memang benar, tapi *skala terancam itu ada ukurannya*, masih peringatan? Atau sudah lampu merah?
Nyatanya *kita masih dalam batas yg aman*, dan karena beliau dengan kebijakannya bersama para menteri. *Indonesia tidak hancur* seperti *tahun 98 jaman mertuanya Prabowo* itu.

Perlu dibedakan, dan tidaklah sama era Soeharto dengan Jokowi saat ini.

20 tahun lalu ada *masalah politik yg kuat & terlalu runyam*. Sebab terjadi pergantian rezim pemerintahan otoriter.

Kalau sekarang itu Indonesia, sepenuhnya *masalah ekonomi & sentimen global*, salah satunya Rilis data PMI China di bulan Agustus yg turun menjadi 50,6 berpotensi mempengaruhi pergerakan rupiah.
Kenapa bisa bergejolak? Karena *ekonomi China terancam melambat*. Alhasil, *nilai ekspor Indonesia ke China berpotensi berkurang.*

Kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang sekarang juga sangat berbeda dengan kondisi fundamental pada tahun 1998. Saat itu krisis yang berawal dari krisis mata uang Thailand Bath. Krisis utang swasta pada 1997-1998 tersebut yang mendorong tekanan pada rupiah di mana tingkat *depresiasi rupiah mencapai sekitar 600%* dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun, yaitu dari *Rp 2.350* per dolar menjadi *Rp 16.650* per dolar

Karena tiba-tiba melonjak, jaman era mantan mertuanya Prabowo itu, rakyat benar-benar tercekik.
Karena sederhana saja, gaji UMR DKI ada di angka Rp 192.000 per bulan, *gaji tidak bertambah*, sedangkan *harga pokok barang meningkat semuanya*, terlebih *banyak yg di PHK* akibat krisis moneter saat itu,

Menteri keuangan terbaik yang Indonesia punya, sudah memprediksi hal ini akan terjadi, *RAPBN 2019 dirancang* untuk mampu mengantisipasi terus berlangsungnya *gejolak global.*

APBN memiliki fungsi sebagai instrumen untuk *alokasi, distribusi, & stabilisasi*.
Ketiga fungsi tersebut harus makin dioptimalkan, agar perekonomian Indonesia relatif tetap terjaga & dapat menyesuaikan terhadap lingkungan normal baru.

Dimulai dari "alokasi, distribusi, & stabilisasi", Pak Jokowi sebulan yg lalu sudah mengeluarkan kebijakan bahan bakar biodiesel 20 persen ( B20 ) yang dimulai saat pembukaan pameran GIIAS 2018

Apa itu kebijakan B20? Kebijakan B20 adalah pencampuran solar dengan 20% minyak kelapa sawit.

Secara sederhana, dengan pencampuran ini, *Alokasi dana impor solar* bisa digunakan untuk hal lain yang lebih potensial dan menguatkan cadangan devisa negara. Dalam distribusinya yang merata diseluruh SPBU, ditambah pemerintah memberi ancaman kepada pihak/oknum yang nakal tidak mengikuti kebijakan B20 ini, hasilnya adalah stabilisasi harga untuk setiap masyarakat yang membutuhkan solar untuk keperluan logistiknya.

Solar tidak mahal, dapur ibu rumah tangga tidak naik karena ongkos distribusi bahan pokok tetap sama. Terlebih era Jokowi *para mafia pangan, minyak* dan segala macam keperluan emak-emak "yang tidak bersyukur pada pemerintah saat ini" sudah ditangkap semuanya. *Tidak ada pengelembungan harga.*

Pemerintah juga mengerjakan hal-hal lain, tidak hanya program diatas, *Pemerintah bersama-sama otoritas moneter*, yakni Bank Indonesia & Otoritas Jasa Keuangan terus melakukan bauran kebijakan untuk *menjaga stabilitas & penyesuaian terhadap tantangan baru*, dengan *mengurangi sumber kerentanan perekonomian* Indonesia, terutama yang berasal dari defisit transaksi berjalan.

Dan hari ini terbukti, sempat melemah hingga Rp 14.845 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pukul 8.31 WIB, Selasa (4/9), rupiah mulai menguat . Mengutip Bloomberg pukul 10.05 WIB, rupiah menguat 0,24% ke level Rp 14.780 per dollar AS. Sekarang terus meningkat tipis menuju angka tukar terendah dengan mata uang negara Amerika tersebut.

Perekonomian tetap mampu menjaga ketahanannya secara fleksibel & terus dapat menjaga momentum kemajuan.

Jadi bersyukurlah kita, era Jokowi saat *Amerika yg sedang haus* untuk memberatkan negara berkembang, *Indonesia mampu mengatasi krisis ini dengan LUAR BIASA*.
UMR Terendah gaji 2018 saat ini masih bisa membuat para ibu-ibu membeli semua kebutuhan pokok karena harganya tidak naik sama sekali.

*Negara kita harus lebih dewasa saat ini*, Presiden kita tidak pernah letih untuk mencintai rakyatnya agar terus makmur & jaya.

*Hidup Indonesia !!!*

Monday, 27 August 2018

Kesaksian ttg seorang Tionghoa di Lombok saat gempa Lombok 2018

Selamat Pagi Lombok...

Hari ini saya kembali "ditampar" oleh tetangga saya yang "Kafir Aseng" ini! 
Pak Riken, ya demikian ia dipanggil tetangga2 lain di seputar rumah saya. Beliau adalah pebisnis hasil bumi dan sembako yang cukup sukses, memulai karir dari nol dengan modal kepercayaan...

Tadinya saya pikir beliau akan meminta saya mengembalikan mobil pick up yang ia pinjamkan untuk kami mondar mandir mengangkut air bersih dari sumber air ke titik-titik pengungsian yang jauh itu... 
Saya mulanya khawatir memikirkan bagaimana lagi kami akan mendistribusikan air bersih ke lokasi-lokasi yang tak terjangkau "mobil besar" tangki-tangki air pemerintah (PMI)...

Alhamdulillah perkiraan saya salah total!!!
Bukannya meminta mobilnya dikembalikan, pak Riken bahkan menegaskan saya boleh pakai mobil itu hingga program saya selesai!!! Masyaallah!!! Dan beliau menawarkan saya untuk pakai mobilnya yang lain untuk tambahan alat angkut jika 1 mobil angkutan itu saja belum cukup!!! 

Dan saya hanya bisa berdecak kagum dalam hati saat dengan setengah berbisik beliau katakan, "pak Agus, kalau masih perlu pakaian, terpal dan selimut untuk korban gempa di pengungsian, saya ada stok di Surabaya untuk dikirim langsung ke lokasi yang bapak tunjuk...."

Ah Koh Riken! Betapa semakin malunya  saya! Disaat sebagian kalangan cuma bisa nyinyir dengan mulut dan wajah lebih mirip babi muntah, di gedung-gedung dewan bahkan di kantor partai dan ormas yang mengaku paling Islami, dengan entengnya berkomentar sok tahuang kondisi korban gempa yang mereka dapatkan dari situs abal-abal agen fitnah dan akun-akun sosmed palsu penyebar hoax! Seorang Tionghwa berhati emas seperti pak Riken dan kawan-kawannya datang pada saya dengan semangat cinta sesama anak bangsa!

Sekali lagi, takkan jemu saya mengucap Terimakasih Tionghwa Indonesia!!! Cinta anda sedang menampar wajah saya dengan kerasnya!!!

Lombok, 26 Agustus 2018
Lalu Agus Firad Wirawan

Thursday, 23 August 2018

*Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana*

Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana Ini Nyaris Lenyap Ditelan Gegap Gempita Asian Games 2018.

336 /

Redaksi / Rabu, 22 Agustus 2018 / 19:39 WIB

Sebarkan:
Selasa 21 Agustus 2018 INDONESIA kembali mencatat sejarah kelam.
 Foto : Meiliana seorang Ibu Tiga Anak keturunan Tionghoa di Sumatra Utara divonis 18 bulan Penjara. 

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | JAKARTA |  [ 22/08 ] - Untuk kesekian kalinya keadilan lagi-lagi harus kembali takluk dibawah tekanan massa dari kelompok radikal garis keras di Negeri yang mengaku sebagai "Negara Hukum" ini.

Pada hari itu Meiliana seorang Ibu Tiga Anak keturunan Tionghoa di Sumatra Utara divonis 18 bulan Penjara . Adapun asal muasal Musibah Beruntun ini  lantaran mengeluhkan volume pengeras suara Masjid yang dianggapnya terlalu keras.

Ia diseret ke Pengadilan dengan tuduhan penistaan Agama.
Meiliana menangis sesenggukan ketika Hakim Ketua Wahyu Prasetyo Wibowo yang selama persidangan berada dalam tekanan kelompok Islam garis keras Forum Umat Islam mengumumkan vonis hukuman terhadapnya.

Belum cukup sampai di situ Meiliana harus kembali dipermalukan.

Ibu Tiga Anak berusia 44 tahun itu dibawa dari Pengadilan dalam kondisi tangan diborgol layaknya penjahat kriminal.

Perkara ini berawal dari keluhan Meiliana terhadap volume pengeras suara Masjid yang dinilainya terlalu bising.
"Kak tolong bilang sama uwak itu kecilkan suara Masjid itu kak, sakit Kupingku, ribut" ujar Meiliana kepada Tetangganya seperti yang dibacakan dalam tuntutan Jaksa.

Setelahnya pengurus Masjid sempat mendatangi rumah Meiliana.
Namun tanpa diduga pertemuan tersebut malah membuat keadaan semakin meruncing.

Keluhan Meiliana ditanggapi dengan brutal oleh Masyarakat Muslim setempat dengan membakar Vihara umat Buddha disana.

Massa membakar dan merusak sedikitnya 14 Kuil Buddha dikota Pelabuhan Tanjung Balai di Sumatra Utara dalam kerusuhan Juli 2016 itu setelah munculnya berita provokasi mengenai keluhan Meiliana tersebut.

MUI Sumatera Utara bahkan langsung menerbitkan fatwa penistaan Agama kepada Meiliana.

Ia dituduh telah melakukan penistaan terhadap Adzan yang merupakan bagian dari syariat Islam Agama sempurna.

Meiliana akhirnya didakwa 18 bulan Penjara dan mendekam di Rutan Tanjung Gusta sejak Mei lalu.

Sejak awal persidangannya kasus ini sudah dibebani oleh tekanan Massa dari kelompok Islam garis keras terhadap Pengadilan yang menuntut Meiliana divonis bersalah.

Sementara para pelaku kerusuhan yang membakar dan 14 Vihara hanya mendapat hukuman ringan selama 1 bulan 15 hari potong masa tahanan oleh PN Tanjung Balai.

Seluruh pelaku kerusuhan bahkan langsung bebas ketika vonis diketok.

Tidak satupun pelaku kerusuhan yang dituntut dengan pasal penistaan Agama.
Meski nyata-nyata telah merusak belasan tempat ibadah Umat Buddha.

Pengacara Meiliana menyatakan akan mengajukan banding terhadap vonis Hakim yang dinilai sangat jauh dari rasa keadilan tersebut.

Sementara itu kelompok radikal garis keras dari Forum Umat Islam justru menilai hukuman terhadap Meiliana terlalu ringan.

Vonis kontroversial terhadap Meiliana ini nyaris lenyap ditelan gegap gempita Asian Games 2018.
Hanya beberapa Media mainstream yang memilih untuk memberitakannya.

Sumber : (VOA Indonesia)

*Mayoritas & Minoritas, Konsep Yang Menjijikkan di Negeri Ini*

*Mayoritas & Minoritas, Konsep Yang Menjijikkan di Negeri Ini*

Penulis Denny Siregar Diterbitkan Kamis, Agustus 23, 2018
 
Minoritas
Dokter Otto

"Bang, kenapa minoritas di negeri ini masih ditekan?"

Aku menoleh kepada seseorang yang bertanya. Heran. "Minoritas? Siapa yang dimaksud minoritas?" Tanyaku. Dia kaget dengan pertanyaanku. "Ya kami inilah. Ras Tionghoa. Yang beragama Kristen dan sebagian Budha.." Jawabnya.

Ahh, minoritas mayoritas. Entah kenapa manusia tanpa sadar sudah mengkotakkan dirinya melalui ras dan agama. Yang merasa kuat melakukan propaganda, "Kami mayoritas!". Dan yang merasa lemah termakan propaganda, "Memang kami minoritas..".

Padahal hukum kita tidak membedakan warga negara berdasarkan apa agama dan rasnya. Tetapi ada manusia yang merasa menang karena jumlahnya banyak, dan ada manusia yang sudah kalah sejak dalam pikiran. Mereka inilah yang terkontaminasi konsep mayor dan minor. Onani dengan pikirannya sendiri..

Jika yang disebut mayoritas itu adalah muslim, tentu yang harus mengaku bahwa mereka mayoritas itu adalah Nahdlatul Ulama.

Kenapa ? Karena jumlah komunitas mereka saja diperkirakan 80 juta dari 260 juta warga Indonesia. Tapi apakah mereka pernah berkata, kamilah mayoritas? Tidak pernah. Bahkan Gus Yaqut, ketua GP Ansor yang mewakili pemuda NU, selalu mengumandangkan tagar #Kitainisama.

Lalu siapa yang sibuk berkumandang "Kami muslim, kami mayoritas.."? Lha, ya gerombolan kecil para pemabuk agama yang selalu sibuk mengkafir2kan itu. Anehnya, banyak yang percaya propaganda mereka, terutama non muslim yang lemah dan selalu menganggap bahwa, "Iya, kami ini minoritas.."

Kelompok kecil bergamis yang jumlahnya gak ada puluhan ribu, supaya mereka terlihat besar memang selalu berkoar, "Kami mayoritas !". Padahal oleh mayoritas muslim di Indonesia, mereka cuman diketawain aja. "Elu sendiri minoritas dikalangan muslim, eh sok teriak mayoritas segala.."

"Terus gimana dong nasib Meiliana yang divonis penjara 18 bulan, hanya karena menegur kerasnya Azan. Itu kan karena dia minoritas ??" Sanggah orang tadi..

Ah, minoritas lagi. Entah kenapa lagu "minoritas" ini seperti lagu Rinto Harahap, yang nuansanya selalu sedih dan liriknya bikin mata bengap. Kadang saya heran, kenapa sih kok nyaman bersembunyi dalam konsep bahwa, "Aku minoritas, dia mayoritas.."

Seorang teman bernama Dr. Otto Radjasa, adalah korban permasalahan di pengadilan, sebelum kasus Ahok bergema. Dia dihukum 2 tahun penjara di Balikpapan karena mengungkapkan kekritisan pikirannya lewat media sosial. Dia didemo dan akhirnya jadi terdakwa.

Padahal dia seorang muslim sejati. Rasnya pun bukan Tionghoa. Tapi dia dihukum karena "menghina agama" dimana yang dikritisi adalah agamanya sendiri..

Apakah ini berarti masalah mayoritas minoritas ??

Bukan. Ini masalah subjektifitas di pengadilan yang rentan terhadap tekanan dari gerombolan yang merasa berkuasa. Mungkin saja pengadilan itu terkontaminasi virus mabuk agama. Tapi itulah masalah besar kita. Sekian tahun kelompok radikal ini menyebar dan dibiarkan, bukan tidak mungkin infiltrasi mereka sudah masuk ke pengadilan.

Karena itulah kita berjuang supaya mereka tidak makin besar di negeri ini. Dengan melakukan tekanan dan gerakan sosial, baik melalui media maupun melalui media sosial. Kita lawan pikiran-pikiran ini dengan pikiran juga. Kita hancurkan konsep mereka bahwa mereka mayoritas di negeri ini.

Butuh perjuangan panjang memang. Dan juga pasti ada korban seperti yang dialami Dr. Otto, Meiliana dan tentunya Ahok yang dituding penista agama. Tapi mereka adalah martir yang membuka tabir bahwa "ada masalah" didalam sistem pengadilan kita. Situasi yang harus dibenahi oleh internal pengadilan itu sendiri..

Tapi bagaimana bisa berjuang, jika terus merengek, "Kami minoritas.." ?

Kekalahan utama dari orang waras di negeri ini, adalah karena banyak dari kita sudah kalah sejak dalam pikiran. Dan kelemahan itu dimanfaatkan oleh kelompok "tukang stempel kafir" itu untuk terus menekan. Karena dengan menekan itulah mereka tumbuh besar..

Belajarlah dari sesendok gula. Ia tidak disebut dalam kenikmatan secangkir kopi. Tapi ia tidak pernah merengek bahwa, "Kami minoritas. Kami minta diakui..".

Sesendok gula adalah penyeimbang dari pahitnya situasi dan memberikan kenikmatan dalam mencecap sehingga satu cangkirpun tidak cukup, harus tambah lagi...

"Bu, kopinya lagii..." Teriakku kesal.

"Yang kemarin hutangnya sudah dibayar ?" Terdengar suara menyeramkan dari balik dinding dapur yang akhirnya muncul dengan segagang sapu tanda bahwa aku harus segera menyingkir sebelum teriak-teriak dizolimi..

Seruputtt.

Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana Ini Nyaris Lenyap

*Vonis Penistaan Agama Kontroversial Untuk Meiliana Ini Nyaris Lenyap Ditelan Gegap Gempita Asian Games 2018. :*
》》
》》

_*Selasa 21 Agustus 2018 INDONESIA kembali mencatat sejarah kelam*_

*MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | JAKARTA , [ 22/08 ]*  - Untuk kesekian kalinya keadilan lagi-lagi harus kembali takluk dibawah tekanan massa dari kelompok radikal garis keras di Negeri yang mengaku sebagai "Negara Hukum" ini._

_Pada hari itu Meiliana seorang Ibu Tiga Anak keturunan Tionghoa di Sumatra Utara divonis 18 bulan Penjara . Adapun asal muasal Musibah ini  lantaran mengeluhkan volume pengeras suara Masjid yang dianggapnya terlalu keras._

*Ia diseret ke Pengadilan dengan tuduhan penistaan Agama.*

_Meiliana menangis sesenggukan ketika Hakim Ketua Wahyu Prasetyo Wibowo yang selama persidangan berada dalam tekanan kelompok,,,,,,,,,,,,,*

*Klik disini untuk melihat informasinya*

Thursday, 16 August 2018

Yenny Wahid, Pejuang Prulalisme sejati

Acara Mata Najwa malam ini adalah acara yang dikuasai oleh Yenny Wahid. Orang ini benar-benar objektif, membawa nama besar NU dengan baik.

Ia menjaga marwah NU dengan luar biasa. Ia netral. Tapi sesekalinya ketika PKS dan Demokrat ramai-ramai membual tidak ingin menggunakan isu SARA, Yenny Wahid muncul dan mendadak berang! Apa yang ia katakan?


 
Ia menghardik PKS dan Demokrat! Ia menyebut bahwa "PKS YANG MEMULAI ISU SARA, YA SEKARANG TANGGUNG JAWAB!"

Kader PKS mendadak ciut, sunyi dan bungkam. Demokrat pun tidak bisa berbuat banyak untuk menolong kader PKS yang terkapar dibogem oleh Yenny Wahid. Mari kita tunggu bagaimana respons PKS. Apakah mereka mulai menyasar Yenny Wahid?

Jawaban itu sontak menjadi jawaban yang membuat Ferdinand Hutahaean kader Demokrat dan kader PKS yang penulis tidak tahu namanya dan tidak perduli juga, ternganga. PKS dan Demokrat ternganga, terkaget-kaget melihat jawaban dari kader NU yang tulen itu.

Teriakan Yenny Wahid adalah teriakan dari mayoritas warga. Najwa Shihab pun terlihat begitu kaget dan tidak menduga apa yang diucapkan Yenny Wahid itu membangkitkan semangat dan amarah warga yang selama ini terpendam dan tidak berani diucapkan.

Yenny Wahid adalah woman of the match dari acara Mata Najwa. Bukan Demokrat, bukan Ferdinand. Bukan PKS, bukan saudaranya Mardani itu. Bukan Gus Rommy dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PPP. Yenny Wahid membawa nama ayahnya, Gus Dur alias KH Abdurrahman Wahid.

Yenny Wahid hidup di dalam pendidikan keluarga Gus Dur yang begitu Islami, sekaligus begitu plural. Hanya mereka yang kadar keimanan dan keagamaanya tinggi, bisa menjadi orang yang menjunjung tinggi Pluralisme. Maka benarlah yang dikatakan oleh seorang ulama, bahwa pluralisme adalah bentuk religiositas tertinggi dalam kehidupan beragama.

Menjaga pluralisme adalah sebuah ibadah. Keberagaman di dalam Indonesia itu begitu banyak. Bahkan di dalam satu agama pun memiliki banyak aliran. Isu SARA adalah isu yang mudah sekali digoreng. Maka untuk kesatuan bangsa dan negara, perpecahan itu harus dihindarkan Isu SARA harus dihindarkan.

Bahkan hal ini menjadi sebuah ancaman bagi warga Jakarta. Kita tahu bahwa di Jakarta, sempat terjadi penggorengan isu SARA. Jakarta sempat begitu kelam. Jakarta sempat menjadi kota yang paling intoleran pada pilkada lalu. Ini menjadi sebuah bagian yang paling menjijikkan di dalam sejarah pemilu di Indonesia.

Indonesia begitu suram karena pendukung Anies yang diusung PKS dan Gerindra, menggunakan isu SARA. Bahkan mayat dan ayat pun dipakai untuk mengancam para pemilih Ahok.

Bayangkan lagi, seorang Haji Djarot Saiful Hidayat, seorang muslim taat, bisa-bisanya diusir oleh pendukung Anies dari masjid. Ini menggelikan.

Dari kasus permainan isu SARA inilah, teriakan Yenny Wahid membuncah, membakar dan menyemangati para penonton di studio Mata Najwa. Yenny Wahid dengan berani mengatakan bahwa PKS yang memulai isu SARA. Mereka harus tanggung jawab.


 
Tidak ada yang perlu ditoleransi atas aksi intoleransi ini!

Kita tidak boleh menjadi orang yang toleran dengan aksi intoleransi. Jika kita toleran terhadap aksi intoleransi, maka kita harus sadar bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita kompromikan.

Yenny Wahid membukakan fakta bahwa PKS adalah pemain itu SARA. Ini jelas dan tidak perlu ditafsir jauh. Anak dari seorang Gus Dur yang begitu toleran, sama sekali intoleran terhadap aksi intoleransi. Maka mau katakan Yenny Wahid adalah orang yang intoleran? Silakan.

Penulis setuju dengan pendirian Yenny Wahid yang memilih untuk berseberangan dengan PKS. Yenny intoleran terhadap penggunaan isu SARA yang digunakan PKS.

Akan tetapi PKS dan Gerindra masih saja berkelit. Bahkan mereka mengatakan bahwa hal itu adalah "takdir" . Takdir palelu peang!

Itu bukan takdir! Itu tragedi! Penggunaan isu SARA masih terasa dampaknya sampai sekarang. Yenny Wahid akhirnya memberanikan diri untuk menjadi sosok yang meneriakkan dan menegur keras, sampai harus menghardik PKS.

Kader PKS hanya diam saja dan ternganga. Dia tidak bisa membantah. Karena memang apa yang Yenny Wahid katakan itu benar.

Jakarta sempat menjadi tempat terjadinya tragedi penggunaan isu SARA. Kalau bicara komitmen, jangan bicara dulu. Buktikan dahulu.

Bukankah Sandiaga Uno masih menebeng isu SARA? Ada surat kabar Riau yang mengatakan Sandiaga itu putra Riau.

Ada juga yang sebut Sandiaga putra Gorontalo. Ada lagi yang sebut Sandiaga berdarah Bugis. Woi. 1 Triliun pun tidak bisa membeli tempat asal.

Masih mau bicara tidak main isu SARA? Penulis ada di sisi Yenny Wahid dan Joko Widodo.

Begitulah sara-sara.

Untuk artikel tampan lainnya, bisa dilihat di sini: https://seword.com/author/mawengkang

Tuesday, 14 August 2018

Tidak Semua Etnis Tionghoa pengusaha

Artikel di bawah ini ditulis oleh *seorang Cina* dari Padang dan kebetulan ada list No.1. Konglomerat itu adalah Cina Padang dengan status *Ketua Dewan Penasehat Wapres RI, pak JK,.*
menarik tulisannya... Silahkan lanjutkan membacanya..

Indonesia Memang Dikuasai Cina...... Tapi CINA ORDE BARU..!

Tidak semua etnis Cina itu hrs Ikut bertanggung jawab pada penguasaan Ekonomi Indonesia...!

Oleh: Teddy Setiawan *)

JAKARTA 3 Juli 2017 - Ini copas dari grup sebrang,. bukan hoax dan bukan mau rasis lho,. tapi ini kenyataan yang orang harus tau bahwa Jokowi lah yang justru mau memperbaiki kondisi negeri ini, bukan sebaliknya.....

Saat ini ada orang menuding bahwa di bawah Pemerintahan Jokowi Indonesia telah dikuasai orang-orang Cina. Ngeriiiiii... apalagi kalau yang mendengar itu tidak ngerti sejarah yg benar dan apalagi kalo dia malas membaca.

Secara statistik benar bahwa ada beberapa orang keturunan Cina/Tionghoa yang menguasai ekonomi Indonesia. 

Pertanyaannya Siapa-siapa mereka dan sejak kapan mereka menguasai Indonesia.?!

Yuk kita lihat siapa² saja pengusaha keturunan Cina yang saat ini kata-nya menguasai ekonomi Indonesia....

1. Sofyan Wanandi (Liem Bian Koen).
2. Sudono Salim (Liem Sio Liong) Almarhum.
3. Anthony Salim (Liem Hong Sien).
4. Eka Tjipta Widjaja (Oei Ek Tjhong).
5. Robert Budi Hartono (Oei Hwie Tjhong).
6. Susilo Wonowidjojo (Cai Dao Ping).
7. Rachman Halim (Tjoa To Ning).
8. Michael Bambang. Hartono (Oei Wie Gwan).
9. Mochtar Riady (Li Moe Tie).
10. Murdaya Poo (Poo Tjie Gwan).
11. Tommy Winata (Oe Suat Hong).
12. Ciputra (Tjie Tjien Hoan).
13. James Riady (Li Bai La).
14. Edward Soeryadjaya (Tjia Han Pun).
15. Liem Yu Chan, (Muslim Yudha Chaniago).

Itu nama-nama sebagian konglomerat keturunan Tionghoa. Usia mereka saat ini antara 60 - 80 tahun.

Para konglomerat ini adalah konglomerat yang dibesarkan oleh Orde Baru dan sampai hari ini mereka tetap menjadi konglomerat.

Dulu di zaman Orde Baru mereka dikenal sebagai Konglomerat Cendana atau istilah lainnya Konglomerat Jimbaran. 

Konglomerat² ini juga yang secara rutin nyetor ke belasan yayasan milik keluarga Cendana (Soeharto).--

Sekarang ini kira-kira siapa lingkar keluarga Cendana yang masih berpolitik.?! Hayoooo.. Tau gaaak.?! Kita sebut saja sedikit yaaa..... Pertama, Titiek (Anak Soeharto). Kedua, Tommy (Anak Soeharto sempat ditahan karena kss pembunuhan hakim). Ketiga ada namanya Prabowo Subianto..... Prabowo ini mantan suami dari Titiek alias menantu Soeharto. Sebelum reformasi konon Prabowo ini lah yang berada di balik penculikan² aktivis yang anti Soeharto (Datanya ada di Komnas HAM).

Bisnis² para Konglomerat yang lahir dari rahim Orde Baru itu sekarang ini rata² sudah dikelola oleh Generasi kedua (anak, menantu, orang² kepercayaan) dan generasi ketiga (cucu- cucu-nya).  Selain regenerasi juga penyamaran buat mengamankan harta jarahan sekaligus money laundering.....

Jadi jelas muter-muter di situ² saja 'kan,.?!

Sekarang kisah itu lagi digoreng-goreng jadi dongeng baru.... Konglomerat² itu seolah olah Jokowi lah yang membesarkannya. Lucu ya, Jokowi baru jadi Presiden RI pada 2014, sementara kita tahu konglemerat² itu sudah kaya raya dari tahun 70-an, 80-an dan awal 90-an. Sejatinya para konglomerat itu semua lahir, besar, diproteksi dan menjadi gurita sejak jaman Orde Baru.

Kan skarang sudah zaman Reformasi tetapi mengapa mereka itu tetap menguasai Ekonomi Indonesia.?! Ekonomi dan Politik itu satu keping mata uang dengan Dua Wajah.... Artinya Mereka tetap menguasai ekonomi karena bisnisnya tetap dilindungi dan dibackingi oleh politisi2 busuk Orde Baru.

Bahasa sederhananya antara Konglomerat2 Orde Baru dan Politisi2 Busuk Orde Baru SALING MELINDUNGI & MEMBUTUHKAN.

Jadi kalo sang konglomerat-nya ada masalah maka politisi² Orde Baru yang akan melakukan lobi².... Sebaliknya bila politisi-nya butuh dana berpolitik apakah untuk Pilkada atau Pilpres,  ya gantian lah para konglomerat itu yang membiayai.

Jelas gak.?! Gitu lho Cerita nya... Jadi jangan ASAL Sok tahu bilang "Cina.... Cina.... Ganyang Cina" karena tidak semua etnis Cina itu Ikut bertanggung jawab pada penguasaan Ekonomi Indonesia. Etnis Cina yang miskin, gembel, hidup ngutang sana-sini, jadi kolektor kredit , jaga warung dan jualan pulsa, dll.... juga jumlahnya jutaan.

Yang harus bertanggung jawab ya jelas Orde Baru. Etnis Cina itu dulunya cuma alat bisnis... Bisa dikatakan bahwa Orde Baru adalah penguasa dan konglomerat Cina di atas itu yang dikasih hak utk mengelola kekayaan yang ada di Indonesia.

Siapa yang ngasih hak itu.?! Ya Orde Baru..!! Siapa yang Salah? Jelas Orde Baru...!! Orde Baru lah yang mengambil tanah pribumi dan diserahkan pada etnis Cina konglomerat untuk dijadikan Kebun Sawit, Tambang, Tambak, dll.

Kalo Ahok Bagaimana.?! Nah,.. Ahok ini lah yang dipakai Jokowi untuk "ngatur" para Konglomerat Cina itu yg rata-rata berdomisili di luar negeri dan punya kantor pusat di Jakarta agar konglomerat itu gak bisa terlalu serakah. 

Lalu kenapa Ahok  yang dipakai Jokowi.?! Sudah hukumnya kata orang, kalau ada masalah dengan orang Batak ya pakai orang Batak juga untuk bicara.... Kalo ada masalah dengan orang Jawa ya dekati dengan sesama Jawa. Pendekatan etnis seringkali bisa lebih efektif. Itu bisa dibuktikan oleh Ahok yang sukses memangkas keuntungan para Konglomerat, yg kini berdampak menyusutnya upeti² ke oknum² Pejabat-nya.

Berikutnya wajar saja bila para politisi Orde Baru pada kesal kepada Ahok, karena upeti jadi jauh berkurang akibat "dipalak" Ahok 15% untuk bangun rusun, RPTRA,  jalan layang, dll.--

Seterusnya kita tahu dong ceritanya bagaimana..... Politisi-politisi Orde Baru itu ngeroyok Ahok dengan segala cara agar kalah di Pilkada dan masuk penjara.

Tulisan ini bukan HOAX dan tidak bermaksud rasis, tapi upaya untuk meluruskan sejarah dan dibangun di atas data dan fakta yg objektif..... 

Kalo ada diskusi atau lesan berantai yang bilang bahwa etnis Cina atau Tionghoa menguasai ekonomi Indonesia maka acung-kan tangan saat diskusi lalu tanyalah,.. "Para konglomerat etnis Cina itu lahir dan besar di zaman siapa.?!" Orde Baru atau Jokowi.?!

Kalo ada pesan berantai via Sosmed.?! Gampang,. copas saja tulisan ini lalu kirim balik ke yang ngirim pesan berantai itu.

Dengan ikut  dan mau menyebarkan tulisan ini kita sudah ikut berjuang untuk meluruskan sejarah agar tidak dimanipulasi dan dibengkok-bengkokan, serta peduli akan nasib bangsa dan negeri kita tercinta ini. 

Selamat berjuang meluruskan sejarah dan memeringati 19 tahun Reformasi yang selama ini stagnan - berjalan di tempat dan di era JOKOWI lah baru ada perubahan.⁠⁠⁠⁠ ***
==========

*) Teddy Setiawan -- Aktivis Eksponen Angkatan '66 KAPPI yang juga keturunan Tionghoa, kelahiran Padang,  Sumatera Barat.--