Sunday 23 December 2018

Celah Pak Jonan


_*Sungguh luar biasa Pak Jonan*_

Indonesia sedang bergembira ria atas pelunasan divestasi 51,23% saham PT Freeport Indonesia. Indonesia sedang merayakan penguasaan lebih besar atas saham tambang emas terbesar di dunia itu. Walau pun – karena dinamika dan pilihan politik – banyak yang tidak ikut bergembira bersama warga negara yang waras. Ada kritik pedas dari Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rachel, dan lain-lain dari kubu Prabowo dan SBY. Tetapi tidak demikian dengan Dahlan Iskan, mantan Menteri ESDM era SBY.
Demikian petikan analisa dan pujian Dahlan Iskan terhadap pemerintah, Jonan, dan kementerian lainnya.

"Celah itulah.
Tidak ada yang bisa melihatnya. Selama ini. Tidak juga saya. Hanya orang seperti Jonan yang berhasil mengintipnya. Yang justru menteri ESDM yang tidak ahli tambang itu.
Lewat celah itulah negosiasi bisa mendapat jalannya. Didukung oleh kedipan-kedipan mata. Dari dua wanita kita: Menteri Keuangan Sri Mulyani. Lewat celah perpajakan. Dan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Lewat kerusakan alam.
Sudah sejak kapan pun. Kita ingin Freeport dikuasai bangsa. Tapi selalu tersandung batu: perjanjian yang tidak bisa dilanggar begitu saja.
Kalau pun selama ini salah: itu karena tidak ada yang bermata sejeli Jonan. Dalam melihat celah tersembunyi itu.
Mungkin saja pandangan mata itu seperti hati. Bisa memandang jauh. Kalau kondisinya bersih. Bersih mata. Bersih hati. Bersih kepentingan.
Dalam proses Freeport ini memang luar biasa. Menteri ESDM-nya, Jonan, bukan ahli tambang. Ia justru orang keuangan. (Dahlan Iskan, JPNN)

Dahlan memuji kejelian Jonan melihat celah untuk menguasai Freeport yang dia sendiri tidak mampu melihatnya. Ini adalah pengakuan yang jujur menurut pengamatan saya. Memang cukup mengherankan bahwa Jonan, yang latar belakangnya bukan pertambangan, justru mampu melihat celah itu.
Yang lebih menarik Dahlan mengungkapkan bahwa hanya mereka yang mata, hati, dan kepentingannya bersih mampu melihat celah itu dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. Ini mengindikasikan bahwa pada zamannya selain tidak sanggup melihat celah juga tidak bersih dari kepentingan. Sebab sudah sejak lama Indonesia ingin menguasai Freeport tetapi terpenjara perjanjian yang tak bisa dilanggar begitu saja.
Pengakuan Dahlan Iskan ini juga dengan tegas membantah tuduhan-tuduhan tak berdasar dari kelompok oposisi yang tetap menyalahkan pemerintah. Mereka malah menganggap penguasaan 51,23 % saham Freeport sebagai keputusan sontoloyo dan lain sebagainya tanpa mampu mengapresiasi sedikit pun.
Dahlan juga menyatakan bahwa selama ini Indonesia salah berhadapan dengan Freeport. Pejabat Indonesia tidak mampu mencari celah atau lebih tepat kalau dikatakan tidak mau bekerja lebih keras lagi. Mungkin karena mereka tidak bersungguh-sungguh. Ya itu tadi, tidak bersih dari kepentingan-kepentingan.
Perjanjian Indonesia dengan Freeport juga merugikan Indonesia. Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan Freeport selama ini. Bahkan perjanjian yang ditandatangani SBY hanya beberap waktu sebelum masa pemerintahannya berakhir ikut serta menyulitkan pemerintahan Jokowi berhadapan dengan Freeport. Tetapi ya sudahlah, mungkin begitulah dulu keadaannya.
Yang aneh sebenarnya, Dahlan tidak menyebut sekali pun nama Sudirman Said yang menjabat sebagai Menteri ESDM sebelum Jonan. Ini cukup unik. Dia menyebut mulai dari SBY sampai direktur Inalum, tetapi tidak menyebutkan peranan Sudirman Said. Apakah karena memang Sudirman tidak punya andil apa-apa atau karena lupa, hanya Dahlanlah yang tahu.
Tentu juga memang harus diakui bahwa bukan hanya Jonan, melainkan kekompakan jajaran Jokowi secara bahu-membahu mampu melanggengkan rencana divestasi 51,23% saham Freeport. PT Inalum juga memiliki peran sangat penting yang dibawahi kementerian BUMN dengan kordinasi dengan kementerian keuangan dan kementerian lingkungan hidup. Jadi ada empat kementerian ambil bagian dalam pencapaian ini yaitu, ESDM, Keuangan, BUMN, dan Lingkungan hidup tanpa menafikan dukungan dari berbagai lembaga dan termasuk rakyat Indonesia bagian bumi bulat.
Terakhir harus diakui bahwa kepemimpinan Jokowi memang telah mengubah mental para menterinya. Tanpa pemimpin yang punya leadership yang baik mustahil bawahan akan mengikuti instruksi secara baik. Hasilnya pun akan mengecewakan.
Oh iya, kenapa nama Prabowo tidak disebut? Karena Prabowo hanya orang yang bermimpi berkuasa tapi tidak punya anu…..

Monday 17 December 2018

Freeport

Viralkan teman-teman 

SABTU, 3 Maret 1973. Sejarah mencatat Presiden Soeharto meresmikan tambang tembaga milik Freeport Sulphur, (sebuah perusahaan tambang terkemuka asal Amerika Serikat) sekaligus meresmikan berdirinya kota Tembagapura. Saat memberikan pidato sambutan, Soeharto begitu sumringah.

Bagi Soeharto, gelontoran uang yang diinvestasikan Freeport ke bumi Papua merupakan bentuk kepercayaan kepada Indonesia untuk membangun masa depan. Kepercayaan itu juga telah mendorong penanam-penanam modal asing lain untuk datang ke Indonesia. Selain itu, Soeharto juga menyatakan kepercayaannya bahwa kegiatan pertambangan akan membantu memajukan masyarakat lokal disitu.

Tapi taukah anda?
Semua Itu adalah Petaka bagi Rakyat Papua

Pegunungan Erstberg tak hanya menyimpan tembaga. Salah satu gunung bernama Grasberg juga mengandung cadangan emas yang melimpah. Grasberg disebut-sebut sebagai tambang emas terbesar di dunia. Lewat kontrak karya berdasarkan UU Penanaman Modal Asing (PMA) yang diizinkan pemerintah Soeharto, Freeport memiliki hak istimewa untuk merambahnya.

Kehadiran Freeport langsung mengancam penduduk asli dari suku Amungme yang berdiam di dataran tinggi sekitar proyek tambang. Suku Amungme sangat terikat dengan tanah leluhur. Bagi mereka, Gunung Grasberg dianggap suci. Puncak Grasberg dikiaskan sebagai kepala ibu. Orang Amungme sangat menghormati kawasan keramat itu.

Terjadi konflik, Amerika pun tak peduli. Bersama Soeharto, mereka membantai anak Indonesia di Papua, yang saat itu menentang mereka, Kebun dan rumah-rumah dihancurkan, sejumlah orang dibantai. Pemerintah mengumumkan jumlah orang yang meninggal di Tembagapura sebanyak 900 orang. Para saksi lapangan memperkirakan dua kali lipatnya

Berapa keuntungan Soeharto? Dan berapa keuntungan Amerika?

Selama 14 tahun pertama beroperasi Freeport meraup keuntungan sebesar 14,9 milyar dolar AS. Sedangkan penerimaan negara dari pajak dan royalti berjumlah 5,4 milyar dolar AS. Sejak 1980, Presiden Soeharto menerima upeti setiap tahunnya sebesar 5 sampai 7 juta dolar AS tiap tahun.

Freeport telah menyerahkan uang kepada Yayasan Dana Sejahtera yang didirikan oleh Soeharto sebesar 20,3 juta dolar AS berdasarkan Kepres No. 92/1996.

Pada 1996, sekira 2000 personel dari kesatuan Kopassus dan Kostrad dikerahkan langsung di bawah perintah Presiden Soeharto demi menjaga Freeport. Untuk itu, Freeport memberikan lagi dana kepada Soeharto sebesar 40 juta dolar AS. Freeport mau melakukan itu agar situasi di Papua stabil dan mereka dapat mengeduk emas lebih banyak lagi demi target mendapatkan superprofit.

Sebaliknya, bagi Soeharto, Freeport adalah pendulang uang yang harus diamankan dari apapun."Jika orang Papua mengganggu atau menuntut Freeport, aparat akan melakukan tindakan,"

Saya jadi paham, mengapa Jokowi ketika turun kepapua, orang papua-pun berkata, Kalau Presiden mau ke papua, itu anggap saja tuhan mau turun, hanya Jokowi yang berani ke papua. Sebelumnya saya tidak mengerti, mengapa demikian? Terjawab sudah sebabnya, karena catatan hitam Soeharto terhadap Papua begitu kelam, begitu juga dengan mantan militer lainnya yang semua punya sejarah yang sama! Menyedihkan sekali.

Alhamdulilah, kini negara kita, tanpa adanya pungli (pungutan liar) lagi yang dilakukan oleh Presiden Luar Biasa yang begitu jahatnya itu, rakyat papua berhak merdeka. Karena Indonesia kini benar-benar memerhatikan mereka.

Freeport untuk Indonesia

Satu lagi janji dan visi Presiden Jokowi terwujud, atas kerja keras Tim INALUM, didukung kerja sama yang kompak dari Kementerian ESDM, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan dan dorongan semua masyarakat Indonesia! 🇮🇩

Kita saksikan bersama finalisasi Divestasi Saham Freeport di mana akhirnya Pemerintah Indonesia, lewat INALUM akan memiliki saham mayoritas di PT Freeport Indonesia sejumlah 51% setelah selama ini kita hanya memiliki PTFI sebesar 9%.

Sejak Kontrak Karya I di tahun 1967, melewati berbagai kasus dan isu serta 6 presiden, baru sekarang di tahun ke 51 Freeport kembali ke pangkuan ibu pertiwi sehingga manfaat dari sumber daya alam mineral ini bisa benar2 menjadi berkah bagi masyarakat lokasi di Papua dan seluruh bangsa Indonesia.

Karena Jokowi yang benar-benar cinta terhadap rakyatnya, tanpa memikirkan pamrih ataupun timbal balik, dimana ia punya kesempatan saat ini untuk berbakti pada negara, ia lawan semua mafia-mafia brengsek itu, yang sekarang, karena Jokowi terlalu berani, mafia-mafia itupun makin kepanasan dengan ulah Jokowi, Rokan sudah diambil alih, kini Freeport sudah jelas milik anak negeri.

Nikmat mana lagi yang mau rakyat dustakan? Sebarkan artikel ini agar semua tau sejarah Indonesia.

Sunday 9 December 2018

TKR Chungking, Para Pejuang Etnis Tionghoa yang terlupakan di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

Mengenang dan Hormat atas jasa para Pahlawan Bangsa :

TKR Chungking, Para Pejuang Etnis Tionghoa yang terlupakan di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

Diskriminasi terhadap orang-orang Tionghoa di Indonesia bukanlah hal baru. 
Mulai dari zaman Belanda dulu sampai pemerintahan Soeharto, etnis Tionghoa di sini mengalami banyak perlakuan tidak menyenangkan. 
Bahkan di masa Belanda dulu, mereka pernah diperlakukan seperti binatang yang dibantai sedemikian rupa hanya gara-gara menguasai ekonomi pasar. 
Yang miris lagi, kesan buruk tentang etnis Tionghoa sedikit banyak juga rupanya masih bertahan sampai hari ini.
Tentu sikap buruk terhadap orang-orang Tionghoa ini tidak bisa dibenarkan. 
Apalagi kalau kita melihat fakta sejarah di mana ternyata etnis Tionghoa pernah berdarah-darah demi Indonesia. 
Salah satu buktinya adalah peristiwa 10 November 1945, di mana etnis Tionghoa juga ikut menyerang sekutu lewat pasukan mereka yang bernama TKR Chungking.
Tanpa banyak yang tahu, pasukan ini ternyata begitu besar perannya di pertempuran dahsyat tersebut. Seumpama mereka tidak ada ketika itu, mungkin saja Indonesia takkan bisa memberikan perlawanan yang begitu menohok kepada musuh. 
Lebih dalam soal TKR Chungking, berikut adalah fakta-fakta tentang pasukan etnis Tionghoa tersebut.
Marah Saat Indonesia Diganggu, Masyarakat Tionghoa Bentuk TKR-Chungking
Kemerdekaan di bulan Agustus 1945 ternyata tidak hanya menjadi sesuatu yang sangat di nanti orang pribumi, tapi juga masyarakat Tionghoa. Alasannya tak lain karena mereka juga mengalami hal-hal buruk selama masa penjajahan. Alhasil, kemerdekaan pun jadi hal yang ditunggu.
Lantaran kemerdekaan ini begitu susah didapat, maka tentu saja masyarakat Tionghoa tidak rela kalau Indonesia kembali terjajah. Kemudian atas dasar inisiatif dan rasa cinta tanah air, mereka membentuk pasukan bernama Chungking. 
Pasukan ini tercatat sangat aktif melawan Sekutu dan Belanda di pertempuran Surabaya.
Kemampuan Hebat TKR Chungking
TKR Chungking terkesan dibentuk dadakan, tapi TKR Chungking sama sekali bukan pasukan ecek-ecek. 
Mereka ini punya kemampuan hebat yang sering kali bikin Sekutu dan NICA kocar-kacir. Hal tersebut tertuang dalam sebuah buku berjudul Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia yang ditulis oleh Iwan Sentosa.
Tidak hanya punya kemampuan militer yang cukup mumpuni, TKR Chungking juga didukung oleh persenjataan bagus. 
Misalnya senapan Karaben 98-K, serta amor helm bernama Fritz yang diketahui berasal dari Jerman. Tidak hanya kemampuan dan persenjataan, di atas itu, ada kekuatan lain yang bikin TKR Chungking trengginas. 
Hal tersebut tak lain adalah semangat rela mati demi Indonesia yang juga tumpah darah mereka.
Tergabung dalam Medis dan Laskar Berani Mati
Tidak hanya tergabung di front-front depan, TKR Chungking juga tersebar di bagian penting lainnya seperti medis. 
Diketahui ketika itu merekalah yang menginisiasi berdirinya beberapa pos-pos pengobatan saat perang 10 November. Sayangnya, beberapa dihancurkan oleh sekutu, beserta para penghuninya.
Selain medis, tercatat juga TKR Chungking tergabung bersama para pejuang dalam laskar berani mati. Ketika itu tugas mereka adalah menyerbu benteng Sekutu yang diperkuat oleh Gurkha. Sedikit informasi, pasukan Gurkha di masa itu sangat ditakuti dunia, tapi orang-orang TKR Chungking seolah tidak peduli dan dan tanpa ragu menerjangnya.

Memerangi Kaum Sendiri Demi Indonesia

Memang ketika terjadi pergolakan 10 November itu, tidak semua orang Tionghoa ikut berjuang. Beberapa malah menjadi mata-mata Belanda. Uniknya, ketika ini terjadi, TKR Chungking turun sendiri untuk menyelesaikannya. Mereka ketika itu mengadakan semacam pembersihan terhadap kaumnya yang membelot membela Belanda dan anteknya.
TKR Chungking yang ketika itu dipimpin oleh Tse An Hui, boleh dibilang berhasil membersihkan kaum Tionghoa dari para pengkhianat-pengkhianat. 
Hal ini jadi bukti lain jika TKR Chungking lebih mencintai kedaulatan Indonesia daripada sukunya sendiri. Sayangnya, cerita ini tidak banyak di ketahui orang.
Seribu Tionghoa Tewas dalam Perang 10 November 1945
Tragedi 10 November ini bisa dibilang sebagai salah satu perang terbesar pasca kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyak korban yang jatuh di pihak kita. Perkiraannya, sekitar 6 ribu – 16 ribu tentara kita tewas, termasuk juga anggota TKR Chungking.
Untuk TKR Chungking sendiri, diperkirakan sebanyak 1000 anggotanya meninggal dalam peristiwa penting ini. 
Tidak terbatas Chungking saja, banyak juga penduduk Etnis Tionghoa biasa yang tewas dalam pertempuran tersebut. 
Ini adalah pengorbanan besar dari mereka yang harus diketahui oleh semua orang Indonesia sebagai bukti kecintaan terhadap bangsa ini.
Adalah hal yang lucu sekali kalau ada yang bilang etnis Tionghoa tidak nasionalis. 
Padahal, mereka juga pernah berjuang demi Indonesia, termasuk memerangi kaumnya sendiri demi bangsa ini. 
Cerita ini layak untuk diangkat sebagai bukti jika orang-orang Tionghoa Indonesia pun berdarah merah putih.


Selamat Hari Pahlawan
Jangan lelah, jangan berhenti mencintai Indonesia. 🇮🇩🇮🇩🇮🇩