Saturday 2 June 2018

*"Hidup Lebih Baik yang Belum Tentu Disambut Baik"*

Artikel Keren dari Prof. Rhenald Kasali.. Selamat membaca.. 

*"Hidup Lebih Baik yang Belum Tentu Disambut Baik"*

(Begitulah Shifting Terjadi)

oleh Prof. Rhenald Kasali

Mungkin inilah zaman pertemuan dua generasi yang paling membingungkan sepanjang sejarah. Ini bukan soal generasi kertas vs generasi  digital semata. Melainkan soal di mana dunia kita berada, sehingga ekonomi menjadi berubah arah dan banyak yang bangkrut. Ini juga bukan soal kebijakan ekonomi, ini soal teknologi yang mengubah platform hidup, ekonomi dan kehidupan.

Saya menyebutnya shifting, tetapi sebagian besar ekonom "tua" menyebutnya resesi, pelemahan daya beli dan seterusnya. Saya menyebut apa yang dilakukan generasi Nadiem Makarim sebagai inovasi, bahkan disruption. Tetapi manajer-manajer "tua", bilang mereka "bakar uang."  Mereka bilang retail online kecil, tapi anak-anak kita bilang "besar"..

Saya bilang mereka punya "business model," tetapi regulatornya bilang itu sebagai industri predator. Maka regulasinya pun berpihak ke masa lalu.

Hari semakin petang saat satu persatu usaha konvensional berguguran, tetapi saya belum melihat yang tua ikhlas menerima proses shifting ini. Mengakui belum, blame jalan terus, tetapi usaha-usaha lama bakal berguguran terus.

 *Dari Armada laut ke retail dan bank* 

Tiga tahun lalu kita membaca tentang keributan dalam industri jasa angkutan penumpang taksi. Di sini mulai ramai pertempuran antara ojek pangkalan vs. Gojek. Lalu antara pengemudi angkot dengan Gojek. Disusul demo sopir taksi melawan taksi online.

Tahun lalu, korbannya adalah angkutan laut dan hotel. Produsen kapal asal Korea (Hanjin) meminta perlindungan bangkrut. Lalu disusul oleh Maersk dan Hyundai. Setelah itu Rickmers Group (Jerman), Sinopacific Dayang, Wenzhou Shipping dan Zhejiang (China). Jumlah kapal yang dibutuhkan oleh perdagangan dunia sudah berubah menyusul penggunaan telekomunikasi dan aplikasi baru yang serba tracking dan perubahan pola peletakan industri global.

Setelah itu tahun ini kita melihat empat industri: Mainan anak-anak, retail, perbankan dan industri-industri tertentu. Level of competition meningkat, dan pendatang-pendatang tertentu masuk dengan platform baru. Industri mainan anak-anak Indonesia mengeluh penjualannya drop 30%, karena masih mengandalkan mainan berbahan plastik. Jangankan mainan anak-anak seperti itu, boneka Barbie saja pun kena imbas. Bahkan Toy 'R' Us di Amerika mengajukan pailit.

Sementara industri mainan anak-anak konvensional kesulitan, industri pembuatan game online di Indonesia berkembang pesat. Diduga omsetnya mencapai USD 10 juta.

Kita juga membaca satu per satu retail di Indonesia menutup outletnya. Terakhir Debenhams dan Lotus. Tapi nanti dulu, itu bukan cuma terjadi di sini. Di USA, tahun ini saja sudah 1430 toko milik Radio Shack yang ditutup, lalu 808 outlet milik toko sepatu Payless, 238 outlet Kmart, 160 toko Crocs (sepatu), 138 outlet JC Penny, 98 Sears, 68 Macy's, 70 outlet CVS, 154 toko untuk Walmart, 128 outlet Michael Kors dan seterusnya.

Dari Jepang pagi ini saya mendengar Mizuho bank akan mengurangi 19.000 dari 50.000 karyawannya setelah keuntungannya banyak dimakan fintech.  Ini sejalan dengan bank-bank nasional yang mulai melakukan hal serupa, minimal tak lagi membuka cabang baru.

Jadi kalau kita melihat baru beberapa toko besar yang ditutup di sini, dan mulai sepinya belanja di Glodok dan toko grosir Tanah Abang, maka sesungguhnya itu belum seberapa. Ini baru tahap awal. Nanti, saya bisa ceritakan bahwa, brand pun berubah bagi millennials: Branded (luxuries) akan menjadi public brand.

 *Bencana atau peluang* 

Shifting tentu berbeda dengan krisis atau resesi yang lebih banyak dipandang sebagai bencana yang amat memilukan. Shifting dapat diibaratkan Anda tengah bermain balon eo'. Masih ingatkah balon yang terdiri dari dua buah dan berhubungan. Kalau yang satu ditekan, maka anginnya akan pindah ke balon yang besar dan berbunyi eo', eo' …

Ya seperti itulah. Angin berpindah, lalu ada yang terkejut karena terjepit dan ruangnya hampa. Manusia-manusianya akan bertingkah polah mirip cerita Who Moved My Cheese. Manusianya bolak-balik kembali ke tempat yang sama dan berteriak-teriak marah: Kembalikan keju saya! Kembalikan! Duh, siapa yang mencurinya? Siapa yang memindahkannya?

Padahal, menurut Ken Blanchard & Johnson yang menulis perumpamaan itu, keju adalah symbol dari apa saja yang membawa kebahagiaan. Ia bisa berupa kue, pekerjaan, kekasih, kekayaan, perusahaan, atau bahkan keterampilan. Dan semuanya tak abadi, bisa pindah atau dipindahkan "ke tempat" lain.

Dan di dalam cerita itu disebutkan ada dua ekor tikus yang selalu bekerja dan mencari "keju" itu ke tempat lain. Anda yang mempunyai "Shio" tikus barangkali punya perilaku yang sama: Tak bisa diam di tempat. Nah, keduanyalah yang menemukannya. Ternyata di tempat lain itu ada keju-keju lain yang sama nikmatnya dan jauh lebih besar.

Mereka menuding resesi atau daya beli itu ibarat "manusia" tadi. Tidak bisa melihat keju yang telah berpindah ke tempat lain. Ia hanya mengais rejeki di tempat yang sama. Resesi atau lemahnya daya beli, kalau balon, maka itu diibaratkan satu balon yang mengempis atau kalau krisis, balonnya pecah.

Dan harap diketahui kita baru saja berada di depan pintu gerbang Disruptions. Saya harap Anda sudah membaca bukunya. Dalam proses disruption itu, teknologi tengah mematikan jarak dan membuat semua perantara (middlemen) kehilangan peran. Akibatnya margin 20-40% yang selama ini dinikmati para penyalur (grosir – retailer) diserahkan kepada digital marketplace (± 5%), seperti Tokopedia, Bukalapak, OLX, dan konsumen. Konsumen pun menikmati harga-harga yang jauh lebih terjangkau.

Ditambah lagi, kini generasi millennials telah menjadi pemain penting dalam konsumsi. Dan tahukah Anda, setidaknya satu dari beberapa anak Anda telah menjadi wirausaha baru. Mereka beriklan di dunia maya seperti di FB dan IG, dan mendapatkan pelanggan di sana, berjualan di sana, dan perbuatannya tidak terpantau regulator bahkan orang tua mereka sekalipun.

Di era ini, para pengusaha lama perlu mendisrupsi diri, membongkar struktur biaya, bukan bersekutu dengan regulator, mengundang kaum muda untuk membantu meremajakan diri, agar siap bertarung dengan cara-cara baru. Biarkan saja kaum tua meratapi hari ini dengan mengatakan daya beli, krisis, atau resesi.

Dunia ini sedang shifting. Orang tua-orang tua muda sedang memangku cyber babies, kaum remaja terlibat cyber romance. Mereka belajar di dunia cyber, dan menjadi pekerja mandiri. Dan masih banyak hal yang akan berpindah, bukan musnah. Ia menciptakan jutaan kesempatan baru yang begitu sulit ditangkap orang-orang lama, atau orang-orang malas yang sudah tinggal di bawah selimut rasa nyaman masa lalu.

Ayo ikuti shifting ini, terlibat dan ambil bagian di dalamnya

Semoga bermanfaat 🙏🏻

Hubungan Dagang Indonesia dan RRC

Lawatan 'Mahal' PM Li dan Ketegasan Jokowi di Depan China
Kalangan pengamat menyatakan Indonesia tidak boleh dikendalikan oleh China terkait lawatan Perdana Menteri Li Keqiang. (REUTERS/Olivia Harris)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi sejumlah pihak, lawatan Perdana Menteri China Li Keqiang ke Indonesia, Senin (7/5), mengisyaratkan kedekatan Beijing dan Jakarta. Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Indonesia juga gemar menggaet China untuk mengerjakan sejumlah mega-proyeknya.

Namun sudah lima tahun Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia-China diteken,  sayangnya dari neraca perdagangan saja tampak China yang menangguk keuntungan dari kemitraan tersebut.

Defisit neraca perdagangan Indonesia dari China sejak 2013 terus meningkat dan mencapai puncak pada 2015 dengan jumlah US$14,36 miliar. Pada 2017, defisit neraca perdagangan Indonesia dari China mencapai US$12,72 miliar.


Realisasi investasi China di Indonesia juga tidak besar. China masih kalah dengan sejumlah negara lainnya seperti Singapura dan Jepang. Padahal China pemilik 30 persen cadangan devisa dunia yakni sekitar US$4 triliun.


Produk-produk China pun dengan mudahnya masuk ke Indonesia. Sebaliknya, produk Indonesia sangat sulit penetrasi pasar ke China. Antara lain buah-buahan seperti salak, mangga, produk perikanan atau sarang burung. 

Perdagangan juga kerap digunakan China untuk menekan negara lain. Hal ini terjadi dengan Filipina. Dimana Beijing melarang impor mangga dari Filipina, saat bertikai dengan negeri itu soal pulau karang di Laut China Selatan.

Sejatinya, kerja sama politik dengan Indonesia pun tidak ada yang konkret. Bahkan China mulai menganggap Indonesia sebagai bagian dari masalah di Laut China Selatan. Wilayah tersebut dianggap sebagai daerah pencarian ikan tradisional mereka. China juga 'kebakaran jenggot' saat Indonesia mengubah nama perairan di sekitar Kepulauan Natuna sebagai Laut Natuna Utara.

Di bidang sosial budaya, Indonesia memberi kemudahan fasilitas visa on arrival bagi para wisatawan China. Namun hal serupa tidak dilakukan China. 

Isu maraknya tenaga kerja asing (TKA) asal Negeri Tirai Bambu di Indonesia turut menjadi perhatian sebagian pihak yang "khawatir" jika pemerintah terlalu mendekat dan terlena dengan China. 


Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, menilai kunjungan Li hari ini adalah lawatan "mahal" bagi relasi kedua negara. Teuku mengatakan Indonesia menganggap China salah satu mitra penting di kawasan, begitu juga sebaliknya China.

"Indonesia di mata China itu penting karena kurs mata uangnya tinggi jika dibandingkan dengan yuan. Secara politik, ekonomi, dan militer China juga menganggap Indonesia penting di kawasan. China menganggap eksistensinya di kawasan tidak berarti tanpa bantuan Indonesia," kata Teuku kepada CNNIndonesia.com, Minggu (7/5).

Di sisi lain, Teuku mengatakan tak dapat dipungkiri lagi jika investasi China juga dibutuhkan Indonesia. Menurutnya, China memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif hingga kemampuan manajemen yang persisten soal invetasi. 

Hal ini, papar Teuku, bisa dimanfaatkan pemerintah lebih baik lagi dalam memaksimalkan kerja sama ekonomi antara kedua negara.

"Indonesia harus akui keunggulan China kalau bicara investasi. Di Afrika, China punya kemampuan manajemen yang luar biasa," ucap Teuku.

Meski begitu, Teuki mewanti-wanti Presiden Joko Widodo jangan sembarangan membuat perjanjian kerja sama dengan China. Dia mengatakan Jokowi harus menunjukkan ketegasan dihadapan China saat bernegosiasi, khususnya saat bertemu dengan PM Li di Istana Bogor nanti.

Teuku mengatakan meski China memiliki keunggulan di atas Indonesia dalam beberapa hal seperti ekonomi, militer, hingga teknologi, kedua negara tetap setara.

"Dan Jokowi harus sensitif, berhati-hati, dan tegaskan diri bahwa jika China mau bekerja sama dengan Indonesia, kita yang kontrol mereka. Pemerintah harus hati-hati, jangan sampai masyarakat umum menyalah-artikan lawatan Li ini seolah-olah bentuk tekanan China kepada Indonesia," kata dia.

Teuku mengambil contoh polemik TKA asal China yang belakangan diperdebatkan. Meski Jakarta membutuhkan dana Beijing, pemerintah harus bisa memastikan China tetap menuruti hukum dan tata cara berbisnis di Indonesia.

"Pemerintah harus meyakinkan China dengan tegas bahwa Indonesia ingin jalin kerja sama dengan mereka, tapi tetap sesuai dengan klausul dan kepentingan kita," ujar Teuku.

Teuku mengatakan meski kerja sama kedua negara kian erat, tak berarti kebijakan Indonesia mulai condong ke China. Kedekatan Beijing-Jakarta, paparnya, juga tak bisa begitu saja diartikan sebagai pro-China.

Menurutnya, penguatan hubungan Beijing dan Jakarta dalam beberapa tahun terakhir merupakan buah dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif serta pragmatis.

"Memang kesannya kedekatan Indonesia-China pesat sekali. Kesannya Indonesia itu jadi pro-China, sebenarnya tidak juga. Sikap Indonesia ini saya rasa masih berbicara dalam kerangka politik luar negeri bebas aktif yang berusaha menyeimbangkan balance of power di kawasan," ujar Teuku.

"Menganggap pemerintah pro-China mungkin terlalu jauh, sebab jika dilihat dari investasi, China masih terhitung lima besar. Masih ada Singapura, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan," kata dia.

Friday 1 June 2018

*UANG*

*UANG*
Bagi rakyat China

Sikat gigi merk.Oral-b seharga USD.30/unit dijual di WallMart (AS).
Oral-b yg sama ini diproduksi di China dengan harga export ke AS USD.3/unit. 
Ketika sampai di AS, maka harga ini bergerak naik untuk memberikan stimulus ekonomi dalam negeri AS kepada perusahaan expedisi, distributor, agen, biro iklan dan WallMart. Hingga harga mencapai USD.30/unit. 
Semua perusahaan itu memperkerjakan karyawan yang tidak sedikit dan tentu dengan UMR lebih tinggi dari China. 
Mereka hidup dalam kebebasan finansial untuk berkonsumsi.

*Perhatikanlah,* 
China yang berproduksi dan Amerika yang berkosumsi?
Siapakah yang mendapatkan manfaat lebih? 
Akibat China menjual harga murah, setiap hari ada saja pabrik sikat gigi di Amerika yang bangkrut karena para pabrikan lebih memilih impor daripada produksi. Bagi mereka lebih untung impor. Dan lagi untuk apa berproduksi tapi kalah bersaing dengan China. 
Pemerintah Amerika senang karena efisiensi terjadi. 
Tapi Lambat laun banyak pabrik di Amerika tutup dan sementara pabrik di China tumbuh pesat. Ratusan juta angkatan kerja China terserap dan kemakmuran ditapaki. 
Sementara Amerika, ribuan pabrik tutup dan jutaan orang kehilangan pekerjaan, ribuan perusahaan terjerat hutang tak terbayar, puluhan juta orang tak mampu bayar tagihan _credit card_ dan angsuran rumah, prahara pun terjadi. 

Nah, itu terjadi karena perbedaan *mindset tentang ilmu ekonomi yang punya asumsi berbeda, khususnya uang.*
*China dan AS berbeda asumsi soal uang.* 
Di China uang itu indentik dengan *Kupon Belanja. Bukan alat investasi.* Makanya awalnya China melarang uang diperdagangkan dan orang tidak boleh berspekulasi terhadap kurs uang. (uang asing), Namun belakangan karena tekanan dari WTO, lambat laun Pemerintah China melepas RMB ke pasar uang namun dengan quota yang terbatas. Jadi berapa kurs RMB yg sebenarnya tidak ada orang tahu.
Yang tahu hanya Tuhan dan 9 orang elite politik China saja. Ini sangat rahasia. 
Penguatan mata uang RMB juga hal yang lucu. Orang barat bilang "kita seperti disuruh onani oleh China". 
Nah pertanyaannya adalah bagaimana sesungguhnya soal uang itu bagi China?

Mungkin bagi orang barat uang itu segala-galanya. 
*Tapi bagi China uang itu hanya omong kosong.* 
Uang hanya alat mendorong rakyat mau suka rela masuk dalam barisan yang tertib menuju peradaban yang didesain oleh negara. Benarkah? 
Perhatikan cara cerdasnya.

*Pertama*
*rakyat engga boleh pegang mata uang asing kecuali negara.* 
Kurs negara tentukan sendiri. Jadi berapapun nilai devisa yang di dapat, rakyat hanya dapat RMB.

*Kedua*
*China menerapkan pajak disamping pajak penghasilan juga pajak kekayaan.* 
Pajak kekayaan sifatnya progresif. Semakin banyak harta semakin besar pajaknya. 
Uang tabungan di bank dipajaki bukan hanya penghasilan dari bunga, tapi juga nominal tabungan. Artinya semakin banyak tabungan semakin lama uang itu akan habis dimakan pajak.

*Ketiga*
*agar uang tidak menumpuk di bank dan rakyat tidak dirugikan karena pajak maka Pemerintah menerbitkan beragam jenis investasi surat berharga.* 
Dari yang berbasis SUKUK seperti _Revenue Bond,_ Warkat Barang atau Surat Berharga Resi Gudang, Sertifikat Emas, sampai dengan yang konvensional seperti Obligasi Umum. 
Semua produk investasi ini diberi insentif pajak dalam bentuk diskon tarif pajak.  Dengan demikian orang tetap terpacu untuk kaya namun tanpa disadari kelebihan hartanya berupa produk investasi itu masuk ke sektor real melalui _venture capital,_ infrastruktur fund dan lain-lain kegiatan produksi.  
80% surat berharga itu dalam bentuk SUKUK atau bagi hasil. Kalau ekonomi lesu, ya sama-sama manyun. Tidak ada kewajiban balikin. Tapi semua surat utang itu di _back up_ oleh proyek real yang bisa dilihat dengan kasat mata oleh rakyat. Nilainya tentu naik seiring waktu. 

*Keempat*
*bagaimana kalau orang tidak mau membeli surat berharga investasi itu? Tapi tetap mau dapat diskon pajak?Gampang. Karena Pemerintah hanya memungut pajak kekayaan pasif, maka kalau kelebihan dana itu ditanam ke usaha kerjasama dengan pihak lain, maka itu tidak dianggap harta kekayaan.* 
Makanya jangan kaget kalau *_Angel Investor_* di China tumbuh subur terutama sejak krisis global. Para konglomerat China yang sukses terus melakukan ekspansi bisnis. Skemanya macam-macam dan beroperasi seperti *_Shadow Banking_*. Bank tapi bukan bank. Yang paling banyak dapat manfaat adalah para sarjana yang baru tamat dan ingin menerapkan ilmunya dalam bisnis dengan dukungan sang _Angel_ yang kaya lagi punya jaringan bisnis hebat. Ini kemitraan yang ideal dan terbentuk karena sistem agar kaum terpelajar berwiraswasta di bawah binaan sang _Angel_ yang kaya lagi piawai bisnis.

Dengan sistem seperti itu, maka orang boleh kerja keras dan menikmati uang dari hasil kerja kerasnya. Sementara yang mau ongkang-ongkang kaki makan bunga bank, ya tidak bisa.  
Fungsi bank hanya perantara sementara saja, namun distribusi modal ya dipicu melalui kebijakan pajak dan memastikan bahwa uang itu hanya omong kosong. Kerjalah terus dan terus. Kalau berlebih, bagikanlah dalam bentuk *_Business Venture_* agar orang lain juga punya kesempatan  atau kalau tidak mau maka uang kalian negara rampas secara sistem untuk distribusikan lewat usaha real.

Makanya... sulit sekali China akan rubuh secara moneter. Mengapa?
Karena mereka memang tidak anggap moneter itu sebagai indikator pertumbuhan ekonomi tapi perluasan kesempatan kerja dan distribusi modal secara masif. Dan karana itulah pembangunan peradaban berlanjut. 
Hukum alam bekerja efektif. Yang malas mati. Yang culas digilas. Yang rajin dan cerdas ya kaya. 
Semua kegiatan sosial dan keagamaan di tanggung negara dan dilarang lembaga publik terlibat dalam pembiayaan, karena dikhawatirkan emosi budaya dan agama dipakai sebagai cara menipu rakyat untuk dapat uang dengan mudah. 

*Korupsi* dihukum mati karena korupsi membuat sistem uang China jadi kacau. Maklum, koruptor menumpuk uang, bukan harta. Karena kalau menumpuk dengan harta akan mudah terlacak oleh negara lewat *e-goverment* maklum setiap pembelian barang diatas RMB 10.000 wajib menunjukkan KTP...👍🏽
Itulah ekonomi China

Uang itu sejak semula hakekat fungsinya adalah alat tukar, untuk memudahkan tukar-menukar barang atau barter. Kapitalisme menjadikan uang juga sbg komoditi dan diperdagangkan untuk  menumpuk keuntungan tanpa ada sesuatu yg diproduksi di pasar uang atau pun bursa efek yg penuh spekulasi layak perjudian. Muslim yg agamanya mengharamkan perjudian dan spekulasi seharusnya belajar dan berpikir keras tentang lika-liku uang atau kebijaksanaan moneter. Tidak cukup hanya dg bank syariah yg sebenarnya kapitalisme berbungkus syariah.
Tuntutlah ilmu walau pun sampai ke negeri Cina, kata hadis. Jadi jangan paranoia dan sedikit2 dihantui ketakutan berpihak kpd asing, tidak ada percaya diri.

👑

Massa Geruduk PKS Nusa Tenggara Barat -

Daulatdesa.com, Mataram – Ratusan massa menggeruduk kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nusa Tenggara Barat di jalan Lingkar Selatan No 99, Pagutan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat pada hari Jum'at (1/6/18).

Massa menuntut agar :

PKS memecat kadernya yang terkait pernyataan bahwa terorisme adalah rekayasa.Menolak politisasi bertopeng agama.

Massa yang dalam aksinya tersebut membakar ban mobil bekas, juga menuntut agar paham atau idiologi khilafah dikubur hidup-hidup.  (DDC-Igan)

*Mana suara kota mu*?? 😋👌

KENAPA AKU MEMBELA JOKOWI.

KENAPA AKU MEMBELA JOKOWI..

"Kenapa kamu selalu membela Jokowi ?"

Begitu pertanyaan dari sekian ratus pesan yang baru kubuka pelan-pelan. Satu pertanyaan yang membutuhkan seribu jawaban. Tidak cukup halaman jika harus membahas satu persatu apa yang sudah ia lakukan..

Tapi cukuplah saudaraku di Papua yang menjawabnya...

Ketika aku berkunjung ke sebuah desa di Papua, aku menemui satu keluarga disana. Kala itu matahari mulai terbenam, dan satu persatu lampu di rumah-rumah mulai dihidupkan..

"Listrik baru masuk di desa kami dua tahun lalu.." kata sang bapak sambil mengunyah sirih di mulutnya. "Dulu disini gelap gulita. Bahkan saya tidak bisa melihat orang yang duduk di sebelah mengobrol dengan saya.."

Sang bapak tertawa getir mengingat masa dimana selama berpuluh tahun Indonesia merdeka, ia baru merasakan arti kemerdekaan yang sebenarnya. Baru merasakan..

"Anak-anak kami dulu belajar pakai pelita..
Mata mereka pedih kena asap. Semua kegiatan berhenti, karena tidak ada cahaya lagi. Kehidupan mati. Kami baru bisa bekerja ketika ada matahari. Bapak bisa bayangkan ini ?" Tanyanya sambil tersenyum penuh arti.

Tentu aku tidak bisa membayangkannya. Aku yang sejak kecil selalu menikmati gemerlapnya cahaya dan tidak pernah merasakan situasi dalam keadaan gelap gulita. Mati lampu memang pernah kurasakan, tapi selalu ada sudut terang yang bisa kuandalkan.

"Bapak tahu bagaimana jalan menuju kesini dulu ? Truk-truk tenggelam dalam lumpur setengah badan. Mereka berhari-hari menginap di hutan. Mereka rela begitu, kalau tidak kami bisa mati kelaparan karena tidak ada bahan..

Kalau kami sakit, lebih pedih lagi. Harus berjalan berhari-hari untuk sampai ke puskesmas saja. Kalau sedang hujan, kami lebih terasing lagi. Tidak bisa keluar desa, juga tidak ada yang bisa kesini. Kami pasrah, mau teriak harus teriak pada siapa ?

Kami merasa bukan bagian dari negeri ini. Jadi wajar kalau banyak dari kami minta merdeka. Setiap anak yang lahir kami selalu tanamkan ke mereka, "kamu anak Papua, bukan anak Indonesia.."

Ah, sebuah pengakuan yang jujur yang datang dari seorang pejuang. Kini jalan menuju desanya sudah di aspal. Truk yang mengantar bahan makanan lebih cepat datang. Harganya pun jauh lebih murah karena harga bensin sudah sama dengan di Jawa.

Listrik sudah pakai tenaga surya. Meski masih terbatas, sudah sangat cukuplah. Desa menjadi terang, kehidupan disana pun berkembang..

"Bapak Jokowi itu bapak kami. Kalau bukan dia jadi Presiden, entah bagaimana nasib kami. Sekarang Papua sudah bukan anak tiri. Kami putra Indonesia lagi.." Senyum sang bapak merekah memperlihatkan giginya yang memerah.

Cukup satu peristiwa yang meruntuhkan kesombongan diri. Aku bukan apa-apa dibandingkan masyarakat Papua. Yang tidak pernah ribut dengan semua kesenjangan yang ada. Mereka menjalani hidup dengan apa adanya, sampai pemimpin yang mereka harapkan datang menyapa..

"Kenapa kamu selalu membela Jokowi ?"

Pertanyaan itu muncul lagi. Dan aku menyeruput secangkir kopi yang menunggu untuk dinikmati.

Aku mulai mengetik kalimat, menyampaikan apa yang selama ini aku pikirkan..

"Karena hanya dia yang mampu menerapkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tanpa Jokowi, Papua pasti akan terus minta merdeka.

Itulah kenapa aku selalu membela dia. Karena membela dia, berarti membela saudara-saudaraku di Papua.."

Rasanya secangkir kopi ini nikmat sekali. Entah kapan aku kesana lagi...

Denny Siregar

Kisah Nyata Jokowi dan karyawan di kantor Walikota Solo

*ONE DAY IN YOUR HEART*

Di suatu pagi, seorang Walikota sedang menyapu sendiri ruang kantornya.
Ini dilakukan karena tukang sapu yg biasa mengerjakannya belum hadir. 

Tidak lama tukang sapu itu datang tergopoh2, wajahnya pucat, terbayang di benaknya sang Walikota akan marah dan memecatnya.

Namun dengan santai Walikota menanyakan alasan kenapa tukang sapu terlambat. 

Si tukang sapu berkata kalau anaknya sudah 5 hari ini sakit. 
Sang Walikota memberikan peralatan kerja dan tukang sapu itu pun melanjutkan pekerjaan menyapu yg tadi sempat dilakukan Pak Wali. 

Pak Walikota langsung memanggil ajudan beserta sopirnya. 
Tanpa diketahui tukang sapu, mereka pergi menuju ke rumah si Tukang Sapu untuk melihat anaknya yg dikabarkan sakit. 

Pak Wali membopong anak itu ke mobil. Dengan ditemani supir mereka berdua langsung pergi ke Rumah Sakit sementara sang ajudan diperintahkan untuk kembali ke balaikota untuk menyampaikan ke tukang sapu kalau anaknya dibawa ke rumah sakit supaya nanti tidak kebingungan mencari.

Di Rumah Sakit, semua berjalan biasa, justru di Balaikota lah terjadi kehebohan. 
Sang ajudan yang memberi kabar pada tukang sapu harus kerepotan membopong tukang sapu karena pingsan mendengar sang Walikota sendiri yg membopong anaknya ke rmh sakit.

Tahu kah anda?
Kapan kejadiannya?
Di mana?
Siapa walikota nya?

*Jawabannya* :
Mungkin Sekitar th 2008
Di Solo 
Walikotanya :
Ir Joko Widodo